TRIBUNBANYUMAS.COM, BATANG - Berbagai kuliner khas Bali ditawarkan di saung-saung di pinggir hamparan sawah terasering di Desa Brayo, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Minggu (19/9/2021).
Dekorasi di saung-saung ini pun kental dengan nuansa dan pernak-pernik khas Bali.
Tempat ini merupakan destinasi kuliner baru di Kabupaten Batang. Namanya, Ubud Brayo.
Tersedia berbagai macam kuliner tradisional Bali yang bisa dipilih wisatawan, di antaranya, nasi jinggo, nasi sela, sate plecing, sate lilit, juga soto bali.
Ada juga menu lokal lain, di antaranya es dawet ayu, gado-gado, bakso, gula asam, arum manis, aneka jajan pasar, serabi kalibeluk rujak, bahkan nasi urap.
"Konsepnya memang kami buat bernuansa Bali sehingga makanan yang adapun kebanyakan khas Bali, walaupun memang makanan tradisional lokal Batang juga ada, agar menu yang tersedia beragam," tutur Manajemen Ubud Brayo Rizqi Arsadani di lokasi, Minggu.
Baca juga: Rayakan Panen Raya, Petani dan Tukang Ojek Gabah di Tegalsari Batang Gelar Balap Motor di Sawah
Baca juga: Desa Plelen Raih Juara 1 Lomba Kampung Zero Covid di Kabupaten Batang, Ini Keunggulannya
Baca juga: Jemur Bonsai di Halaman Kantor Desa, Cara Pencinta di Warungasem Batang Kenalkan Bonsai ke Warga
Baca juga: Menikmati Pantai Sicepit Batang: Berjalan di Antara Pohon Cemara atau Makan di Atas Kapal Besar
Rizqi mengatakan, makanan-makanan tersebut disediakan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Brayo dan sekitarnya.
Tercatat, ada 17 lapak dari 24 UMKM yang tergabung dalam menyediakan kuliner di Ubud Brayo.
"Semua pedagang itu dari UMKM Batang, kita saling melengkapi untuk makanannya," ujarnya.
Untuk sistem transaksi, pengunjung Ubud Brayo harus menukarkan uang rupiah dengan koin kepeng.
Satu koin kepeng dihargai Rp 2 Ribu.
Untuk harga, pengelola mematok tidak lebih dari 5 kepeng per porsi makanan.
Sistem Go Green juga diterapkan di Ubud Brayo, yaitu dengan tidak menggunakan plastik sebagai alat makan.
"Kami lebih ingin ramah lingkungan. Jadi, alat makan, semua tidak menggunakan plastik, melainkan daun atau alat makan dari kayu."
"Untuk harga, kami sudah ada kesepakatan, tidak lebih dari 5 kepeng agat tetap terjangkau untuk masyarakat," imbuhnya.
Baca juga: Pikap Tabrak Truk di Tol Pekalongan, Seorang Tewas. Berawal saat Pikap Berniat Mendahului Truk
Baca juga: Cerita Arif Sugiyanto Jadi Bupati Kebumen, Berawal dari Mimpi Tinggal di Pendopo Menghadap Alun-alun
Baca juga: Kasus Covid Menurun, PMI Banyumas Berlimpah Plasma Konvalesen. Berdonor Tetap Dilayani Setiap Hari
Baca juga: Manfaatkan! Pemerintah Perpanjang Insentif Pajak Pembelian Mobil Baru hingga Akhir 2021