Berita Batang

Ceceran Batu Bara Diduga dari PLTU Batang Cemari Laut, Nelayan: Rusak Jaring, Ikan Berkurang

Penulis: budi susanto
Editor: rika irawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang nelayan asal Roban Timur, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, memungut batu bara yang tersangkut di alat tangkap ikan, Selasa (22/12/2020).

TRIBUNBANYUMAS.COM, BATANG - Ceceran batu bara diduga dari PLTU Batang mengotori perairan laut tempat nelayan mencari ikan. Kondisi ini pun dikeluhkan nelayan Roban Timur, Desa Sengon, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, lantaran batu bara tersebut tersangkut dan merusak jaring nelayan saat melaut.

Ketua Kelompok Nelayan Roban Timur, Wahyono, mengatakan, ada 180 kapal nelayan di Roban Timur.

"Yang berangkat setiap hari ada 80 kapal, dan diisi 2 sampai 3 nelayan untuk mencari ikan di laut," paparnya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (22/12/2020).

Baca juga: Yono Sebut Nasib Nelayan Roban Timur Batang Makin Menderita, Akibat Ceceran Batu Bara

Baca juga: Pemkab Kebumen Rampungkan 15 Proyek Fisik di Tengah Wabah Covid-19, Ada Bengkel Nelayan Juga Embung

Baca juga: Bukannya Ikan, Jaring Nelayan Ini Malah Tangkap Buaya Sepanjang 1 Meter di Waduk Mrican Banjarnegara

Baca juga: Gelombang Tinggi Rusak 15 Kapal Nelayan di Tambaklorok Semarang, Nelayan Pilih Bekerja di Proyek

Wahyono menuturkan, semua nelayan terdampak dengan ceceran batu bara yang ada dikawasan perairan tempat nelayan mencari ikan.

"Padahal, kami mencari ikan diluar zona yang dilarang PLTU Batang namun tetap saja ada batu bara tersangkut di jaring kami," ucapnya.

Akibat kejadian ini, Wahyono mengatakan, nelayan merugi. Menurutnya, harga satu jaring sekitar Rp 1,5 juta.

"Kalau rusak, ya tidak bisa melaut dan harus diperbaiki atau beli baru. Belum lagi biaya untuk berangkat, Rp 200 ribu. Kalau kondisi seperti ini terus, pasti merugi," ujarnya.

Wahyono menduga, ceceran batu bara tersebut berasal dari PLTU Batang.

"Karena saya sudah melihat tiga kapal pembawa batu bara menuju PLTU Batang dan ada uji coba di sana," tuturnya.

Selain batu bara, nelayan juga mengeluhkan adanya lumpur buangan dari PLTU.

"Lumpur itu dibuang di sejumlah titik dan bercampur batu. Selain merusak alat tangkap, juga merusak ekosistem ikan, jadi tangkapan terus berkurang," imbuhnya.

Terpisah, Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Provinsi Jateng mengaku menerima keluhan dari nelayan Roban Timur terkait ceceran batu bara di wilayah perairan tempat mereka melaut.

Kepala DKP Jateng Fendiawan mengatakan, ceceran batu bara tersebut berasal dari tumpahan salah satu tongkang.

"Jadi, ceceran batu bara itu berasal dari tongkang yang membawa batu bara untuk uji coba menghidupkan turbin PLTU Batang," katanya, Rabu (23/12/2020).

Baca juga: Polisi Bekuk Anggota Sindikat Narkoba di Petamburan, Ditemukan 201 Kg Sabu Senilai Rp 156 Miliar

Baca juga: Plt Bupati Kudus Tunggu Gebrakan Tim Saber Pungli: Kita Hanya Dengar tapi Tidak Bisa Membuktikan

Baca juga: Tampah Bekas Disulap Jadi Pohon Natal di Gereja Katedral Purwokerto, Ini Filosofinya

Baca juga: Dewan Pertimbangan IDI Tak Persoalkan Latar Belakang Menkes Budi Gunadi Bukan Tenaga Kesehatan

Terkait kondisi ini, Ferdiawan memastikan Pemprov Jateng akan memberikan bantuan kepada nelayan yang merugi.

Halaman
12

Berita Terkini