Lipsus PKL Purwokerto

LIPUTAN KHUSUS: Ketua PKL Jalan Bung Karno Purwokerto Akui Melanggar, Tapi Mohon Memanusiakan

Ketua Paguyuban UMKM BST Jalan Bung Karno akui berdagang di trotoar melanggar aturan, namun harap pemerintah pertimbangkan nasib pedagang.

TRIBUN BANYUMAS/ PERMATA PUTRA SEJATI
UMKM BST: Suasana malam di Pusat kuliner UMKM BST Jalan Bung Karno, Purwokerto, Sabtu (14/6/2025). Lokasi tersebut menjadi tempat favorite untuk nongkrong dan menikmati suasana malam Menara Teratai Purwokerto. 

"Dulu kawasan ini lampu-lampu masih gelap, pernah lampu nyala sampai maghrib, pernah juga hanya sampai menara tutup. Sebelum ada lapak UMKM BST, Jalan Bung Karno sepi. Dengan kata lain, yang menghidupkan pertama kali Jalan Bung Karno adalah kami," imbuhnya.

Namun, seiring ramainya kawasan ini, sejumlah masalah baru mulai muncul.

Ia kerap menemui pengunjung datang dalam kondisi mabuk dan menimbulkan kesalahpahaman.

Pihaknya berkoordinasi dengan Denpom, Polsek supaya di Jalan Bung Karno tidak ada keributan.

"Kadang pengunjung datang dalam kondisi mabok dan hal itu memunculkan fitnah bahwa pedagang di Jalan Bung Karno jualan minuman, yang padahal tidak," terangnya.

Ardi juga menyoroti kebijakan relokasi ke shelter sisi timur jalan yang dinilai tidak sesuai konsep wisata.

Ia menyebut, pembangunan shelter dilakukan saat masa PJ Bupati Hanung dan belum sesuai dengan karakter wisata lesehan.

Menurutnya konsepnya shelter sebelah timur itu juga tidak pas.

Karena konsepnya tidak sesuai dengan konsep wisata yang ada.

Pengunjung di kawasan menara disini itu berjam-jam nongkrong karena untuk menikmati suasana kota.

Paguyuban kuliner BST tidak ingin dipindah ke shelter karena mereka sudah membangun kawasan kuliner secara mandiri dan bertahap.

"BST kalau pindah ke shelter itu ya gak mau, kita membangun disini lama. Harapan kami anggota BST yang masih di trotoar itu diuwongke. Gak kehujanan, gak kepanasan. Disinilah kebaikan bupati mau bagaimana dan memikirkan," ucapnya.

Ardi sempat mengenang masa awal kehadiran Menara Teratai, ketika seluruh pedagang hampir digusur karena dianggap kumuh.

"Dulu pada masa awal keberadaan Menara Teratai, pedagang akan digusurin semua karena dianggap kumuh atas perintah bupati," katanya.

Sempat terjadi ketegangan karena bupati Husein saat itu meminta lapak pedagang UMKM BST ini dibongkar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved