Lipsus PKL Purwokerto
LIPUTAN KHUSUS: Ketua PKL Jalan Bung Karno Purwokerto Akui Melanggar, Tapi Mohon Memanusiakan
Ketua Paguyuban UMKM BST Jalan Bung Karno akui berdagang di trotoar melanggar aturan, namun harap pemerintah pertimbangkan nasib pedagang.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Tidak bisa dipungkiri kehadiran Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Bung Karno, Purwokerto selama ini menjadi penggerak denyut wisata dan ekonomi.
Namun ada keresahan dan harapan dari para pedagang.
Ketua Paguyuban UMKM Bank Street (BST) Jalan Bung Karno, Ardi Siswanto, mengakui secara tegas aktivitas para pedagang kaki lima (PKL) yang menggunakan trotoar untuk berjualan memang melanggar aturan.
Baca juga: LIPUTAN KHUSUS: Guru Besar Unsoed Sebut Jalan Bung Karno Purwokerto Jadi Jalur Semut Tanpa Arah
Namun, ia juga berharap pemerintah bisa memanusiakan (nguwongke) para pedagang yang selama ini menggantungkan hidup dari geliat ekonomi di kawasan tersebut.
"Semua pedagang yang ada di Jalan Bung Karno itu jelas sekali melanggar. Jelas sekali karena pedagang dilarang berjualan di trotoar," katanya kepada Tribunbanyumas.com.
Namun demikian, menurutnya bupati ingin rakyat Banyumas sejahtera dengan memberikan kesempatan berdagang di Jalan Bung Karno.
"Tapi memang butuh waktu dan kesempatan saat ini dalam penataan," ungkapnya, Sabtu (14/6/2025).
Ia mengatakan untuk saat ini tidak ada penarikan retribusi dari pemerintah daerah untuk pedagang yang berdagang di trotoar.
Berbeda dengan lapak-lapak UMKM BST yang berada di lahan eks bengkok Kedungwuluh, mereka dikenakan sewa resmi per tahun.
"Ke pemerintah daerah kita tidak ada kalau yang di trotoar, tapi kalau sewa lahan ada. Kita kan pakai sewa lahan eks bengkok Kedungwuluh, kita bayar per tahun. Kalau dagang di trotoar tidak ada tarikan karena kebijakan pemda yang sangat bijaksana lah," ujarnya.
Faktanya tidak menutup mata atas kenyataan getir yang dialami pedagang di Jalan Bung Karno Purwokerto. Banyak PKL yang harus gulung tikar saat hujan turun atau saat malam sepi pengunjung.
"Nasib para pedagang PKL itu kashian kalau hujan biasanya tidak ada pengunjung, maka kadang bubar. Kadang kalau sepi hanya laku Rp50 ribu, yang kadang hanya buat uang saku anak sekolah. Biasanya malam minggu ramai, yang jualan di trotoar bisa dapat Rp150 ribu. Sementara kalau di kuliner UMKM BST bisa sampai Rp300 ribu semalam. Itupun kalau malam minggu tidak hujan," ucapnya.
Ia berharap, pedagang yang berada di sisi barat pusat kuliner UMKM BST cukup dirapikan saja, tanpa harus digusur.
"Karena khasnya wisata Menara Teratai itu ada lesehannya dan menikmati pemandangan kota. Pengunjung biasanya ingin menikmati suasana, sambil minum kopi, sambil lihat Menara," ucapnya.
Menurut Ardi, sebelum kawasan Jalan Bung Karno dikenal ramai seperti sekarang, para pedagang UMKM BST adalah yang pertama menggeliatkan aktivitas ekonomi malam di sana.
LIPUTAN KHUSUS: Trotoar Jalan Bung Karno Jadi 'Restoran', Pemkab Banyumas Siapkan Sehlter Khusus |
![]() |
---|
Muncul Masalah, Jalan Bung Karno Purwokerto yang Digadang Jadi Malioboro Banyumas Terancam Kumuh |
![]() |
---|
LIPUTAN KHUSUS: Guru Besar Unsoed Sebut Jalan Bung Karno Purwokerto Jadi 'Jalur Semut' Tanpa Arah |
![]() |
---|
LIPUTAN KHUSUS: DPRD Banyumas Yakin Jalan Bung Karno Bisa Lebih Ramai dari Malioboro |
![]() |
---|
LIPUTAN KHUSUS: Trotoar Jalan Bung Karno Purwokerto Makin Semrawut Jadi Lahan PKL |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.