Berita Semarang

Studio Ilustrasi Semarang Diduga Lakukan Eksploitasi Pekerja, Picu Korban Hingga Ingin Bunuh Diri

Para korban mendapatkan eksploitasi baik secara fisik maupun intelektual. Korban dimanfaatkan oleh pengelola studio untuk bekerja lembur tanpa upah

Penulis: iwan Arifianto | Editor: Rustam Aji
dok Tangkapan Layar X.
EKSPLOITASI PEKERJA SENI - Tangkapan layar dari akun X @@intinyadeh yang menarasikan kasus dugaan eksploitasi para ilustrator di Kota Semarang. 

Di sisi lain, mereka menjual ke pasaran dengan harga berkali-kali lipat tanpa mencantumkan nama ilustrator sebagai pemilik karya.

Kelompok korban kedua adalah ilustrator sekaligus merangkap bekerja di studio. Kelompok ini, kata Sari, korbannya sampai kena mental.

"Korban ini seperti saya  yang karena kerja langsung di tempat itu. Bertemu langsung dengan orang-orangnya yang berlangsung selama bertahun-tahun," ungkapnya.

Korban lainnya, Puspa (bukan nama sebenarnya) mengungkap, selama bekerja di jaringan rumah usaha (JRU Hub) dari Maret sampai Desember 2024 tidak mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja seperti kontrak kerja dan jaminan sosial seperti BPJS kesehatan dan Ketenagakerjaan. Dia diberi upah Rp2 juta perbulan. 

Baca juga: Sosok Almarhum Dawam Korban Kecelakaan Bus Umrah di Jeddah, Pengusaha yang Suka Berbagi

"Mereka ada upaya untuk klaim hak milik karya ilustrator padahal gaji dan tunjangan begitu minim," katanya.

Dia menemukan pula ketimpangan beban kerja antara para ilustrator dengan para petinggi studio.
Di satu sisi Ilustrator harus memeras otak untuk berkarya. Di sisi lain, para petinggi bisa bertingkah seenaknya.

"Kami ilustrator sebagai tim produksi dibebani oleh timeline pekerjaan yang melewati batas setiap harinya," katanya.

Menurutnya, korban dari jaringan studio tersebut terhitung banyak.

Hal itu berdasarkan beberapa pesan yang masuk ke akun media sosialnya.

Pesan itu masuk selepas dia memposting soal peringatan agar berhati-hati ketika membaca pamflet lowongan pekerjaan dari studio ilustrasi yang  berdomisili Semarang.

"Ada korban bernasib miris tapi takut speakup karena jaringan komunitas itu mengakar dan cukup besar di Semarang," bebernya.

Sementara, seorang ilustrator mengaku, pernah bergabung dalam jaringan studio JRU Hub.

Dia merasa iklim jaringan studio tersebut tidak sehat.

"Saya disuruh standby 24 jam untuk membalas pesan dari kantor kalau tidak seperti itu dianggap tidak komitmen," ujarnya yang meminta identitasnya disamarkan demi keamanan.

Padahal, lanjut dia, upah yang diberikan hanya sebesar Rp1,5 juta perbulan. Angka itu jauh dari UMK Semarang. "Kontrak kerja hitam di atas putih juga tidak ada," paparnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved