UMKM

Sulap Limbah Akar Bambu Menjadi Karya Seni Bernilai Tinggi, Elya Warga Grobogan Bisa Ekspor ke Eropa

Elya Murtianto memulai usaha kerajinan akar bambu setelah melihat banyaknya bahan baku yang tidak dimanfaatkan di sekitar daerahnya.

Penulis: Fachri Sakti N | Editor: Rustam Aji
tribun jateng/fachri
KERAJINAN AKAR BAMBU: Elya Murtianto, warga Sendangrejo, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, mendirikan Nayacraft dan berhasil mengubah limbah akar bambu menjadi kerajinan bernilai tinggi. Berawal dari keinginan untuk memanfaatkan bahan baku yang melimpah di sekitar daerahnya, Nayacraft telah berkembang menjadi salah satu usaha kerajinan yang memiliki pasar internasional, seperti Inggris dan Australia. 

"Sejak 2005 sampai sekarang saya tidak pernah berhenti produksi, paling cuma beberapa bulan saja sepi, tapi di saat ramai sampai kurang tenaganya untuk membuat kerajinan," imbuhnya.

Elya berharap industri kerajinan akar bambu di Kabupaten Grobogan bisa berkembang lebih luas lagi.

Ia berambisi untuk menjadikan Grobogan sebagai sentra kerajinan akar bambu, mengingat Kabupaten Grobogan merupakan pusat dari bahan baku tersebut.

Saat ini, kerajinan akar bambu banyak ditemukan di Jakarta, Yogyakarta, dan Klaten, namun semuanya berasal dari bahan baku yang ada di Grobogan.

"Semua bahan baku dari Grobogan, kenapa Grobogan tidak bisa membuat sentra? Ayo sama-sama kita bikin sentra kerajinan akar bambu. Saya akan mendukung penjualannya dan memberikan pelatihan bagi siapa saja yang mau bergabung," ujar Elya penuh semangat.

Kerajinan akar bambu memang memiliki keunikan tersendiri, karena produk yang dihasilkan dapat digunakan untuk dekorasi, pajangan, hingga barang fungsional.

Elya meyakini bahwa kerajinan ini tidak akan pernah kehilangan pasarnya, karena permintaannya selalu tinggi, terutama untuk barang-barang yang dapat dijadikan pajangan.

Baca juga: Detik-detik Tank Israel Masuk Jenin Gaza Cegah Warga Palestina Kembali

Kapasitas Produksi dan Omzet

Elya mengungkapkan bahwa dalam satu bulan, Nayacraft dapat memproduksi antara 2.500 hingga 3.000 kerajinan akar bambu, dengan omzet yang bisa mencapai antara Rp 75 juta hingga Rp 100 juta rupiah per bulan.

Namun, kendala terbesar yang dihadapi Elya adalah kekurangan tenaga kerja.

Mayoritas warga sekitar lebih memilih bekerja di proyek atau sektor lainnya.

Oleh karena itu, Elya sering kali merekrut tenaga kerja dari luar kota.

"Kendalanya adalah tenaga kerja, mayoritas orang di sini lebih suka bekerja di proyek, jadi untuk beralih ke kerajinan biasanya kurang sabar, makanya sebagian saya mengambil dari luar kota," jelas Elya.

Berikan Pelatihan untuk Masyarakat

Elya tidak hanya fokus pada produksi dan penjualan, tetapi juga berkomitmen untuk membagikan pengetahuan dan keterampilannya kepada masyarakat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved