Berita Haji

Jemaah Haji Jateng dan DIY yang Wafat saat Ibadah Haji Mencapai 36 Orang, Terbanyak dari Kebumen

PPIH Embarkasi Solo melaporkan, hingga Kamis (20/6/2024), ada 36 jemaah dari Jateng dan DI Yogyakarta yang meninggal selama ibadah haji 2024.

Editor: rika irawati
Kemenag RI
Petugas kesehatan mengunjungi jemaah haji yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia. Hingga Kamis (20/6/2024), PPIH Embarkasi Solo mencatat ada 36 jemaah haji Jateng dan DIY yang wafat saat menjalankan ibadah haji 2024. Terbanyak dari Kebumen. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Solo melaporkan, hingga Kamis (20/6/2024), ada 36 jemaah dari Jawa Tengah dan DI Yogyakarta yang meninggal selama ibadah haji 2024 berlangsung.

Menurut daerah asal, kematian terbanyak terjadi pada jemaah asal Kebumen.

Kasii Humas dan Protokol PPIH Embarkasi Solo Gentur Rachma Indriadi mengatakan, penyebab meninggalnya jemaah haji itu beragam.

Dua di antaranya, terkena heat stroke atau serangan panas.

Diketahui, suhu udara di Arab Saudi dilaporkan tembus 51 derajat Celsius dalam beberapa hari terakhir.

Baca juga: Dua Jemaah Haji Kendal Meninggal akibat Panas Ekstrem, Ini Identitasnya

Heat stroke atau serangan panas adalah kondisi paling berat pada tubuh akibat cuaca panas akibat tubuh yang tak dapat mengontrol suhu badan.

"Menurut cacatan dokter, yang meninggal karena heat stroke ada dua jemaah. Satu dari Kebumen, berusia 84, dan satunya dari Cilacap, berusia 54 tahun. Bisa jadi terkena heat stroke saat di Mina," ungkap Gentur melalui sambungan telepon, Kamis (20/6/2024).

Didominasi Lansia

Gentur mengungkapkan, puluhan jemaah lain tercatat meninggal karena faktor penyakit komorbid serta serangan jantung dan gangguan paru-paru.

Rata-rata, para jemaah yang wafat tergolong usia lansia dengan rentang 52-87 tahun.

"Kebanyakan disebabkan serangan jantung dan paru. Paling muda 52 tahun sampai 87 tahun usia jemaah wafat," jelasnya.

Menurutnya, pihak penyelenggara haji telah menyediakan kebutuhan air minum dan konsumsi dalam jumlah cukup di tenda jemaah haji, khususnya jemaah Jateng dan DIY.

Sehingga, selama masa ibadah di Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna), jemaah tidak mengalami dehidrasi dan jatuh sakit.

Akan tetapi, informasi yang didapat, sebagian jemaah enggan mengonsumsi air minum karena takut mengantre di toilet sehingga menghambat ibadah haji.

Beberapa juga disebut tidak suka minum.

"Konsumsi dan air minum untuk tenda jemaah Jateng dan DIY itu aman, masing-masing tenda ada semacam kulkas penuh berisi air minum."

"Tapi, itu kembali ke masing-masing jemaah untuk menggunakan fasilitas itu," kata dia.

"Ada yang memang tidak suka minum dan tidak merasa haus. Ada yang takut repot harus mengantre toilet saat proses ibadah," bebernya.

Baca juga: Siasat Jemaah Haji Bawa Oleh-oleh Cokelat Hingga Sajadah dalam 1 Koper, Pulang Mulai 22 Juni

Sementara, dari sebaran wilayah, Gentur mengatakan, jemaah meninggal terbanyak berasal dari Kebumen, yakni 9 orang.

Disusul berturut-turut Cilacap 4 orang, Kendal 2 orang, Sukoharjo 2 orang, dan sejumlah daerah lain.

"Rata-rata dimakamkan di Soraya yang wafat di Makkah. Kalau di Madinah, dimakamkan di Baqi," katanya.

Diberitakan sebelumnya, suhu udara sejumlah wilayah di Arab Saudi mencapai 51,8 derajat Celsius, sejak Minggu (16/6/2024).

Akibatnya, sejumlah jemaah haji mengalami kelelahan sampai kematian akibat serangan panas atau heat stroke ini. (Kompas.com/Titis Anis Fauziyah)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penyebab 36 Jemaah Haji Asal Jateng DIY Meninggal di Tanah Suci".

Baca juga: Dipepet Malaysia, Peringkat FIFA Indonesia Belum Bergeser dari 134

Baca juga: Tanggul Laut di Tambaklorok Semarang Masih Rembes, Rob Genangi Permukiman meski Tak Tinggi

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved