Berita Jateng

Jateng Masih Layak Disebut Lumbung Pangan Nasional?

Anggota DPD RI dari Jateng, Abdul Kholik menyatakan, terjadi penurunan secara terus menerus sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Jateng. 

Budi Susanto/TribunBanyumas.com
Seorang petani tengah mengecek tanaman padi di areal persawahan yang ada di wilayah Kabupaten Batang, beberapa waktu lalu. Produktivitas usaha tani di Jateng terus menurun dalam menyumbangkan perekonomian di provinsi ini. 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Hasil sensus pertanian di wilayah Jawa Tengah pada 2023 menyatakan daya dukung sektor pertanian bagi pertumbuhan ekonomi turun signifikan.

Anggota DPD RI dari Jateng, Abdul Kholik menyatakan, terjadi penurunan secara terus menerus sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Jateng

Bahkan, kata dia, daya dukung sektor pertanian sudah mendekati lampu merah.

Baca juga: Cak Imin Temui Petani Dieng, Bahas Problem Dunia Pertanian

"Berdasarkan hasil sensus pertanian tersebut, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir terdapat kurang lebih 1 juta rumah tangga usaha tani kolaps dan berpindah ke sektor lain.

Hal itu juga diperkuat oleh fakta bahwa data kinerja pertanian dalam menyumbangkan pertumbuhan ekonomi di wilayah itu sekarang sudah turun sangat signifikan," kata Abdul Kholik, Selasa (18/10/2024).

Data serupa juga muncul berdasarkan hasil pembahasan dengan Bank Indonesia Jawa Tengah.

Pada kuartal pertama tahun 2024 diketahui sumbangan sektor pertanian pada pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah hanya berkisar 12 persen saja.

Baca juga: Lahan Pertanian Sempit, Urban Farming Jadi Solusi Warga Kota Semarang yang Ingin Bertani

Padahal beberapa tahun sebelumnya masih mampu menyumbangkan pertumbuhan hingga kisaran 23 persen.

“Kondisi tersebut harus menjadi perhatian pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk mengevaluasi secara total kebijakan di sektor pertanian di Jawa Tengah.

Sebab, dalam skema nasional wilayah ini telah diplot sebagai lumbung pangan”, ungkapnya.

Baca juga: Lahan Pertanian Semakin Sempit, Petani Gurem di Wonosobo Bertambah 9.409 KK dalam 10 Tahun

Penyebab Turunnya Sektor Pertanian

Beberapa faktor yang mengakibatlan penurun sektor pertanian di Jawa Tengan itu antara lain terjadinya alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali.

Akibatnya lahan pertanian subur kini semakin terbatas.

"Selain itu kondisi petani masih jauh dari sejahtera.

Mereka terus menghadapi kesulitan sarana produksi seperti pengadaan bibit, pupuk, dan rusaknya sarana irigasi.

Akibatnya sekarang ini terus terjadi penurun motivasi menjadi petani.

Halaman
12
Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved