Berita Jateng
Kemesraan Kapolda dan Gus Yusuf, Ketua PKB Jateng Lempar Pujian ke Ahmad Luthfi
Ketua DPW PKB Jateng, KH Muhammad Yusuf Chudlori atau Gus Yusuf melempar pujian kepada Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi.
TRIBUNBANYUMAS.COM, MAGELANG - Momen kemesraan Kapolda Jateng dan Gus Yusuf yang merupakan Ketua DPW PKB Jateng terjadi saat keduanya bertemu di Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jumat (7/6/3035) siang.
Gus Yusuf atau KH Muhammad Yusuf Chudlori yang juga pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang ini juga melempar pujian kepada Irjen Pol Ahmad Luthfi.
Bahkan, ia juga menyebut bahwa Kapolda Jateng merupakan sosok tamu istimewa yang mendatangi pondok pesantrennya.
Baca juga: Kapolda Jateng Beberkan Karakter Pemimpin Ideal, Jadi Petarung atau Ayam Sayur

"Selama 4 tahun beliau di Jawa Tengah, mampu mewujudkan situasi yang Kondusif, Ayem Adem Tentrem di Jawa Tengah.
Beliau salah satu sosok yang membawa Jawa Tengah Adem Ayem," kata Gus Yusuf mengawali sambutan disambut tepuk tangan para santri.
Gus Yusuf menyambut baik kedatangan pucuk pimpinan di institusi Polda Jateng tersebut.
Ia menganggap Ahmad Luthfi sebagai sosok yang berhasil menjaga kondusifitas situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Jawa Tengah.
Baca juga: Kapolda Tiba-tiba Minta Seluruh Kapolsek se-Brebes Berdiri: Saya Tak Mau Ada Konflik Pilkada
Sementara, Kapolda mengucapkan terimakasih kepada Gus Yusuf dan jajarannya beserta para santri yang mampu menjadi garda terdepan dalam menjaga NKRI dan ideologi Pancasila.
Ia menyebut kehadirannya dihadapan para santri untuk memastikan pelaksanaan tugas Kepolisian di wilayah bisa terlaksana dan dapat dimengerti oleh para santri yang menimba ilmu di Ponpes API Tegalrejo.
"Berdasarkan Undang-Undang, tugas polisi adalah melindungi, mengayomi, dan membimbing masyarakat.
Demikian pula para santri yang dididik di pesantren ini tugasnya juga sama yaitu memberikan perlindungan pengayoman dan membimbing masyarakat atau sering dikenal dengan istilah Amar Makruf Nahi Munkar.
Bedanya adalah pada peran penegakan hukum," ungkap Ahmad Luthfi.
Dalam hal bela negara, Kapolda menyebut bahwa pondok pesantren menjadi basis deteksi dini sekaligus benteng dalam menangani radikalisme.
Bibit kelompok radikal berawal dari intoleran yakni sikap yang memusuhi pihak lain yang berbeda pandangan dengan kelompoknya.
Baca juga: Tradisi Penyerahan Air Suci HUT ke-78 Bhayangkara, Simbol Polda Jateng Hadir Menuju Indonesia Emas
Dari sikap intoleran kemudian akan berkembang menjadi radikal yang ingin mengganti ideologi negara yakni Pancasila dengan ideologi lainnya.
Dilaporkan Hanyut hingga Diburu Tim SAR, Pengendara di Semarang Ternyata Ada di Rumah |
![]() |
---|
Ribuan Atlet dari 36 Provinsi Siap Tarung di Pomnas XIX 2025 |
![]() |
---|
Babak Semifinal Polytron Superliga Junior 2025, Pertarungan 3 Negara |
![]() |
---|
Pemkab Blora Gelontor Rp 430 Miliar untuk Perbaiki Ratusan Ruas Jalan Kabupaten |
![]() |
---|
Bentangkan Spanduk Belajarlah dari Nepal, Ini Daftar 6 Tuntutan Massa Pati untuk DPRD |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.