Berita Demak
Diharapkan Jadi Solusi, Bantuan Rumah Apung Rp50 Juta Justru Ditolak dan Membebani Warga Demak
Sejumlah warga korban rob di Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, menolak bantuan pembangunan rumah apung.
TRIBUNBANYUMAS.COM, DEMAK - Sejumlah warga korban rob di Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, menolak bantuan pembangunan rumah apung.
Pilot project yang diharapkan menjadi solusi warga yang kehilangan atau mulai kehilangan rumah akibat terendam rob itu pun terancam gagal.
Dalam program milik Pemkab Demak ini, setiap pemilik rumah mendapat bantuan Rp50 juta berupa material bangunan.
Hanya saja, proses pembangunan menjadi tanggung jawab warga penerima.
Satu di antara warga yang menolak bantuan tersebut adalah Tasman (58), warga Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Demak.
Tasman mengaku mendaftar sebagai penerima bantuan rumah apung pada 2023 lalu.
Baca juga: Rencana Relokasi Warga Terdampak Rob di Demak Macet, Rusun yang Dijanjikan Ditolak Warga Purwosari
Namun, ketika mengetahui dan melihat pembangunan rumah apun menjadi tanggung jawab penerima bantuan, dia membatalkan.
"Ikut daftar, (pemerintah) mencari orang tujuh atau empat belas pas itu, tapi saya taruh," ujar Tasman, dikutip dari Kompas.com, Kamis (23/5/2024).
Menurut Tasman, bantuan itu justru menjadi beban tersendiri bagi penerima.
Untuk membangun rumah apung, biaya menyewa pemborong atau tukang untuk merakit rumah bisa mencapai Rp15 juta.
Belum lagi, ongkos pengangkut material sampai di Dukuh Timbulsloko, menggunakan ojek perahu.
"Banyak yang nolak. Kalau diborongkan, mintanya lima belas (Rp15 juta), garap sendiri tidak bisa," kata dia.
Abdul Ghofur (30), anak Tasman, membenarkan bahwa keluarganya terdaftar sebagai penerima manfaat tapi akhirnya menolak.
"Dulu, kedata sini. Cuma, saya bilang emak, kalau diterima, saya tinggal pergi, tidak mau membangun, lihat susahnya seperti itu," kata dia.
Baca juga: Kepada Presiden Jokowi, Warga Sayung Demak Minta Diselamatkan dari Rob yang Dialami 10 Tahun Ini
Menurutnya, ketimbang rumah apung, lebih baik material kayu untuk meninggikan rumah atau relokasi.
"Ya, mending bantuan kayu. Kerepotan yang menerima bantuan (rumah apung). Mending relokasi tapi ya tidak punya tanah," terang dia.
Berbeda dari Tasman, Mukromin, memilih menerima dan merakit sendiri rumah apung hingga bisa ditempati.
Dia mengakui, bantuan dari Pemkab Demak hanya berupa materil senilai Rp50 juta.
"Ini dapat rumah apung saya kerjakan sendiri. Sudah ada gambarnya, detail. Saya serabutan, ya tukang kayu, tukang batu," beber dia.
Dihubungi terpisah, Kasi Perencanaan Desa Timbulsloko Mukhtar mengatakan, sejauh ini, hanya satu rumah apung yang terealisasi.
"Sementara satu, pengajuan itu ada sembilan apa tujuh," ujar Mukhtar, saat dihubungi melalui WhatsApp, Kamis malam.
Ia tidak merinci bagaimana realisasi bantuan rumah apung ke depannya.
Kendati demikian, ia tidak menampik, masyarakat lebih menginginkan renovasi rumah, ketimbang rumah apung.
"Dari masyarakat minta renovasi rumah. Kalau rumah apung ada yang mau dan ada yang tidak mau," kata dia. (Kompas.com/Nur Zaidi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biaya Perakitan Jadi Alasan Warga Demak Menolak Bantuan Rumah Apung".
Baca juga: Peringatan Bagi Penderita Asma: Hasil Penelitian, Gelombang Panas Bisa Picu Sesak Napas dan Mengi
Baca juga: Lagi-lagi Pesawat Garuda Pengangkut Calon Haji Bermasalah, Keberangkatan Kloter 41 Kendal Molor
Belum Genap Sepekan, Keluarga di Demak Kehilangan Ayah dan Kakak. Kecelakaan di U-Turn Pabrik Beton |
![]() |
---|
Baru Beberapa Jam Dicor Beton, Jalan Mrangen Demak Rusak Lagi. Ambles Dilewati Truk Berat |
![]() |
---|
Masuk 5 Besar Penghasil Beras Terbanyak di Jateng, Petani Demak Sempat Merugi Hingga Rp 18 Miliar |
![]() |
---|
Banjir Rob Genangi Jalan Pantura Sayung Demak, Arus Lalu Lintas dari dan ke Semarang Tersendat |
![]() |
---|
Tak Ada Kenaikan PBB, Demak Pilih Maksimalkan Potensi Wisata untuk Genjot PAD |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.