Berita Jateng
Kiprah Puan Hayati Jateng, Memperjuangkan dan Memberdayakan Ekonomi Perempuan Penghayat Kepercayaan
Puan Hayati Jateng menjadi pendamping dan memperjuangkan hak para penghayat kepercayaan, terutama perempuan penghayat dalam pemberdayaan ekonomi.
Penulis: budi susanto | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, COM, SEMARANG - Penghayat kepercayaan di Indonesia sudah ada sejak zaman kerjaan.
Semakin bergesernya waktu, penghayat kepercayaan terus berkembang.
Meski sempat mengalami diskriminasi lantaran dianggap sebagai aliran tak umum namun para penghayat kepercayaan tetap teguh memegang keyakinannya.
Bertahun-tahun terkungkung karena tidak ada kejelasan pengakuan dari negara, para penghayat kepercayaan akhirnya mendapat angin segar.
Hal itu setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengakui keberadaan penghayat kepercayaan.
Bahkan, mengesahkan penghayat kepercayaan sebagai kepercayaan yang bisa ditulis di kolom agama KTP, pada 2016.
Baca juga: Ganjar Bersilaturahmi ke Sedulur Sikep Samin, Bantu Bangun Akses Air Bersih, Ini Tanggapan Mereka
Setidaknya, butuh waktu 40 tahun lebih bagi para penghayat kepercayaan mendapatkan pengakuan dari negara.
Sejak putusan tersebut, kelompok-kelompok penghayat kepercayaan terus menunjukkan eksistensinya.
Satu di antaranya, Perempuan Penghayat Kepercayaan Indonesia (Puan Hayati) Provinsi Jateng.
Puan Hayati Jateng juga terus bergerak. Tak hanya memperjuangkan hak-hak penghayat kepercayaan secara regulasi, peningkatan perekonomian kelompok penghayat kepercayaan juga jadi fokus Puan Hayati.
Lebih dalam mengenai Puan Hayati, Tribunbanyumas.com pun bertemu dengan Dwi Setiyani Utami, Ketua Puan Hayati Jateng.
Perempuan kelahiran 1985 tersebut, menceritakan bagimana Puan Hayati untuk memperjuangkan para penghayat kepercayaan.
Baca juga: Warga Sedulur Sikep Undaan Minta Pemerintah Bangun Gedung Pertemuan, Begini Janji Bupati Kudus
Perempuan ramah itu menceritakan, Puan Hayati merupakan bagian dari Sapta Darma.
Namun, Puan Hayati fokus mengakomodir para perempuan penghayat kepercayaan.
Menurut Dwi, Sapta Darma sudah ada sejak 1952. Lokasi pertama penyebaran penghayat kepercayaan di Pare Kediri Jatim.
Tuntut Polda Jateng Minta Maaf, Tim Hukum Suara Aksi Ungkap Ratusan Remaja Jadi Korban Salah Tangkap |
![]() |
---|
Pemprov Jateng Gelar Istighosah dan Doa Bersama untuk Kedamaian, Masyarakat Diminta Tetap Tenang |
![]() |
---|
Skul.id Telkomsel Kunci Sukses Digitalisasi Pendidikan di MTs Negeri 4 Banjarnegara |
![]() |
---|
Massa Rusuh Bakar Gedung DPRD Kota Pekalongan |
![]() |
---|
Ricuh Demo di Mapolda Jateng Semarang, Polda Kembali Tangkap 40 Demonstran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.