Berita Banjarnegara

Dinkes Banjarnegara Sebar 350 Alat Pengukur Tinggi Badan Anak untuk Dapat Data Valid Stunting

Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarnegara terus berupaya menurunkan angka stunting atau gagal tumbuh.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: rika irawati
ISTIMEWA/DINKES BANJARNEGARA
Petugas melakukan pengukuran bayi untuk mendata kasus stunting di Banjarnegara, belum lama ini. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarnegara terus berupaya menurunkan angka stunting atau gagal tumbuh.

Satu di antaranya, membagikan alat pengukur tinggi atau panjang tubuh anak untuk mendapat data akurat terkait jumlah stunting di wilayah tersebut.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarnegara, angka stunting di kota Dawet Ayu pada 2021 mencapai 22,67 persen.

Angka kasus ini sebenarnya sudah turun dibandingkan tahun 2020, sebesar 22,93 persen.

Namun, angka tersebut masih jauh dari target penurunan angka stunting nasional di tahun 2024, yakni 14 persen.

Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Banjarnegara dr Sulistyowati mengatakan, stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis.

Ini ditandai dengan panjang atau tinggi badan di bawah standar.

Baca juga: Sadar Aksinya Viral di Medsos, Pencuri di Banjarnegara Kembalikan Akuarium Disertai Surat Minta Maaf

Baca juga: Jabatan Plh Bupati Banjarnegara Berakhir Mei 2022, Apa Saja yang Sudah Dilakukan Syamsudin?

Baca juga: Mayoritas Gas Beracun di Dieng Banjarnegara Jenis H2S, Apa Dampaknya Jika Terhirup?

Baca juga: Satu Jembatan dan 4 Rumah Rusak akibat Banjir Longsor di Banjarnegara, BPBD Salurkan Bantuan

Menurutnya, 1.000 hari pertama sejak masih dalam kandungan, merupakan masa penting mencegah terjadinya stunting.

Masyarakat pun sebenarnya bisa melakukan pengukuran secara manual. Hanya saja, alat ukur manual yang dipakai belum tentu memiliki tingkat keakuratan tinggi.

"Padahal, kesalahan dalam mengukur tinggi badan anak, selisih 1 cm saja, dapat memengaruhi angka stunting di daerah."

"Anak yang harusnya tak masuk kategori stunting, bisa tercatat stunting hanya karena pengukuran yang keliru." terangnya, Rabu (23/3/2022).

Wanita yang akrab disapa Sulis ini mengatakan, hal ini terjadi di satu desa di Banjarnegara yang sebelumnya memiliki kasus tinggi stunting.

Setelah dicek ulang menggunakan alat ukur standar, jumlah kasus berubah turun.

"Stunting itu indikatornya tinggi badan, kurang dari 48 cm. Kalau mengukurnya selisih 1 cm (tidak akurat), anak bisa tercatat stunting," imbuhnya.

Untuk memeroleh data yang lebih tepat, pemerintah mengupayakan pengadaan alat ukur yang lebih akurat, Antropometri Kit.

Saat ini, pihaknya telah memiliki 350 antropometri kit yang akan dibagikan kepada bidan atau kader kesehatan desa.

Baca juga: Soal Minyak Goreng, di depan Pejabat Kemendag Ganjar Tegas: Muka Pemerintah Ditampar Habis-habisan

Baca juga: Polres Sukoharjo Beri Pendampingan Psikologi ke Tahanan, Kapolres: Ini Bentuk Perhatian Humanis Kami

Baca juga: Jelang Ramadan, Jumlah Pengamen Badut di Purwokerto Meningkat. Ini yang Dilakukan Satpol PP Banyumas

Baca juga: Foto-Foto Pratama Arhan Gelar Latihan Perdana dengan Tokyo Verdy

Namun, Sulit mengatakan, jumlah tersebut masih sedikit dibanding jumlah posyandu di Banjarnegara yang mencapai 1500.

"Pengadaan antropometri kit sebenarnya tak harus menunggu bantuan dinas atau kementerian. Pemerintah desa, dengan dana desa yang ada, bisa juga menganggarkan alat itu untuk kebutuhan posyandu di desanya," ujar dia.

Sulit berharap, ketersediaan alat ukur akuran ini dapat memberikan data yang valid terkait angka stunting di Banjarnegara.

Sehingga, membantu pemerintah dalam melakukan penanganan stunting secara efektif. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved