Berita Banjarnegara

Warga Banyumas Raya Makin Bangga, Bahasa Ngapak Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit, Ini Buktinya

Bahasa panginyongan disinyalir lebih tua dari bahasa Jawa masyarakat bagian timur yang sudah terpengaruh kebudayaan Mataram (Yogyakarta-Surakarta). 

Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
Tribunjateng.com/Permata Putra Sejati
ILUSTRASI Alun-alun Banyumas. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Wilayah Banyumas Raya memiliki karakteristik kebudayaan tersendiri yang beda dengan daerah lain.

Di antara kebudayaan khas itu adalah bahasa panginyongan atau populer disebut ngapak. 

Saking uniknya, warga dengan logat Banyumasan seringkali jadi bahan candaan masyarakat luar daerah. 

Baca juga: Cerita Motor Matic Tertukar di Minimarket SPBU Petambakan Banjarnegara, Arif: Jadi Sama Susahnya

Baca juga: Sumber Api Berasal dari Dapur, Rumah Paryanto Warga Dusun Sumberan Banjarnegara Ini Terbakar

Baca juga: Belasan Rumah Warga Rusak, Dampak Hujan Disertai Angin Kencang di Susukan Banjarnegara

Baca juga: ODGJ Sering Kesulitan Akses Administrasi Kependudukan, Ini yang Dilakukan Pemkab Banjarnegara

Tetapi warga Banyumas Raya mestinya percaya diri dengan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari ini.

Dalam sejarahnya, bahasa panginyongan disinyalir lebih tua dari bahasa Jawa masyarakat bagian timur yang sudah terpengaruh kebudayaan Mataram (Yogyakarta-Surakarta). 

Heni Purwono, Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Banjarnegara mengatakan, bahasa panginyongan adalah budaya peninggalan era Kerajaan Majapahit atau Jawa pertengahan yang masih eksis sampai sekarang. 

Buktinya, kosa kata panginyongan yang dipakai masyarakat Banyumas Raya banyak yang sama dengan bahasa Jawa pertengahan di era akhir Majapahit.

"Tradisi tulis dalam babad Banyumas juga banyak kosa kata yang sama dengan Pararaton maupun Negara Kertagama sebagai kitab babon era Majapahit," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (31/1/2022). 

Masyarakat Banyumas memiliki kemerdekaan berbudaya yang khas karena berada jauh dari pusat kekuasaan.

Mereka bisa kuat memegang tradisi dan sulit terpengaruh budaya baru, tak kecuali budaya bahasa baku saat Mataram Islam berkuasa. 

Banyumas Raya diistilahkan Adoh Ratu Perek Watu, diartikan, jauh dari pusat kerajaan dekat dengan gunung-gunung.

Wilayah Banyumas Raya kala itu masih sulit dijangkau, karena berada di balik gunung-gunung besar.

Semisal Gunung Sindoro-Sumbing di sebelah timur dan Gunung Slamet di sebelah barat. 

"Jadi mungkin karena faktor geografis itu, Banyumas tidak banyak terpengaruh budaya baru," katanya.

Bahasa panginyongan punya watak egaliter atau tidak mengenal perbedaan, blaka suta atau cablaka, jujur apa adanya atau terang-terangan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved