Berita Semarang
Puncak Lonjakan Kasus Covid di Kota Semarang Diprediksi Terjadi Februari, Ini yang Dilakukan Dinkes
Sempat dalam kondisi zero kasus, hingga Minggu (30/1/2022) pukul 15.00 WIB, kasus Covid-19 aktif di Kota Semarang mencapai 45 kasus.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Kasus Covid-19 di Kota Semarang kian meningkat sejak memasuki 2022.
Sempat dalam kondisi zero kasus, hingga Minggu (30/1/2022) pukul 15.00 WIB, kasus Covid-19 aktif di Kota Semarang mencapai 45 kasus.
Data ini dikutip dari laman siagacorona.semarangkota.go.id.
Dari data tersebut, sebanyak 32 orang merupakan warga Semarang, dan sisanya warga luar kota.
Jumlah itu mengalami kenaikan 6 kasus dari hari sebelumnya, 39 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang Moh Abdul Hakam memprediksi, lonjakan kasus Covid-19 di Kota Lunpia akan terjadi hingga Februari mendatang.
Prediksi ini dibuat berdasarkan angka kasus Covid-19 pada 2020 dan 2021, cakupan vaksinasi, dan protokol kesehatan.
"Kami punya prediksi, kasus Covid-19 di Semarang by mesin learning, peningkatan Covid sampai akhir Februari. Prediksi ini, kami melihat kasus pada 2020 dan 2021, cakupan vaksin lebih dari 6 bulan kami ikutkan, dan prokes. Mudah-mudahan ini bisa kami tekan," jelas Hakam.
Baca juga: Harga Minyak Goreng Curah Tak Kunjung Turun, Pedagang Pasar Peterongan Semarang Setop Penjualan
Baca juga: Pedagang Pasar Karangayu Semarang Setop Sementara Kulakan Minyak Goreng, Ini Alasan Mereka
Baca juga: Permainan Kacau Sejak 30 Menit Pertama, Dragan Sikapi Kekalahan PSIS Semarang Lawan Madura United
Baca juga: Kantor Lurah Bangetayu Wetan Semarang Digeruduk Warga, Buntut Karsidin Pecat Tiga Ketua RW
Dari sisi tempat isolasi, Hakam menyebutkan, Kota Semarang memiliki fasilitas kesehatan yang cukup banyak. Ada 20 rumah sakit yang melayani pasien Covid-19.
Saat ini, tercatat ada sekitar 10 pasien Covid-19 yang dirawat di ruang sakit.
Pihaknya sudah mewanti-wanti rumah sakit untuk menyiapkan kembali tempat isolasi, obat-obatan, dan oksigen.
Begitu pula tempat isolasi terpusat di rumah dinas wali kota Semarang.
"Yang di rumdin kapasitas 200 tempat tidur. Yang di RS, masih tersedia sekitar 800 tempat tidur isolasi," ucapnya.
Dia melanjutkan, penekanan kasus dilakukan dengan mendorong pasien yang isolasi mandiri untuk pindah ke isolasi terpusat agar mendapatkan perawat maksimal.
Sampel virus pasien dengan CT value di bawah 30 akan dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) untuk mengetahui jenis virusnya.
Di sisi lain, dengan melakukan isolasi di tempat isolasi terpusat, diharapkan, tidak menyebabkan penyebaran yang lebih luas terhadap kontak erat. Testing terhadap kontak erat juga terus dilakukan.
Menurutnya, hingga saat ini, tidak ada klaster penyebaran Covid-19 yang besar meski kasus di ibu kota Jawa Tengah ini mengalami kenaikan.
Klaster ditemukan hanya pada klaster keluarga. Mayoritas temuan kasus baru berasal dari pelaku perjalanan beserta kontak eratnya.
"Tidak ada klaster, klaster pun cuma keluarga. Temuan kebanyakan pelaku perjalanan. Mereka dari berpergian, kemuduan flu, dites, ternyata positif. Selain itu, temuan kasus juga dari kontak erat," terangnya.
Baca juga: Berkat Terowongan Irigasi Tahun 1949, Warga 6 Desa di Kedungbanteng Banyumas Dapat Air Bersih
Baca juga: Satu Warga Binaan Lapas Terbuka Kendal Tewas dalam Pelarian, Tertembak Anggota Polda Lampung
Baca juga: Api Sempat Muncul Lagi di Kebakaran Kapal di Pelabuhan Tegal, Polisi Periksa 7 Saksi
Baca juga: Praveen/Melati Terdepak, PB Djarum Kirim 36 Atlet ke Pelatnas Cipayung 2022
Hakam menambahkan, upaya mendisiplinkan potokol kesehatan juga dilakukan lewat cara menggerakan seluruh komponen masyarakat baik kelurahan, kecamatan, organisasi pemerintah daerah (OPD) terkait, dan seluruh stakeholder.
Vaksinasi booster atau dosis ketiga juga terus dimasifkan untuk menekan Covid-19 varian apapun.
Hingga saat ini, vaksinasi booster baru di angka 100 ribu sasaran. Dinas Kesehatan menargerkan 250 ribu sasaran pada Januari.
Hakam menjelaskan, target belum bisa tercapai lantaran tugas vaksinator masih dibagi untuk penyuntikan dosis kedua bagi anak usia 6-11 tahun.
"Teman-teman di puskesmas masih terbagi ke sekolah, kelurhaan, puskesmas. Mudah-mudahan awal Februari, kami bisa menggenjot full dosis ketiga," paparnya. (*)