Berita Teknologi
Aplikasi Pendeteksi Stress Karya Mahasiswa Undip Semarang Diluncurkan 2022, Sudah Dipesan Halodoc
Alat pendeteksi stres via suara penting diperkenalkan ke masyarakat luas lantaran kesehatan mental masih dianggap tabu di Indonesia.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: deni setiawan
Untuk mendukung hal itu, pihaknya mengembangkan sains dan teknopark di perguruan tinggi dengan cara menciptakan kolaborasi antara kampus dengan industri.
Baginya riset dan pengembangan di kampus harus sesuai permintaan industri.
"Tanpa itu hanya menghasilkan prototipe untuk pameran bukan digunakan sebagai industri," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (4/12/2021).
Baca juga: Hasil Liga 1 2021 - Imran Nahumarury Minta Maaf, PSIS Semarang Dikalahkan PSS Sleman, Skor 1-2
Baca juga: Jadi Kekalahan Pertama Selama Dilatih Imran Nahumarury, PSIS Semarang Akui Kekuatan PSS Sleman
Dia menuturkan, untuk mendorong industri berinvestasi di riset dan pengembangan ke perguruan tinggi, pihaknya menyiapkan Kedaireka sebuah platform daring marketplace.
Dimana itu menjadi wadah untuk mempertemukan antara industri dan perguruan tinggi.
Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka (Kedaireka) sudah ada 23 ribu pengguna.
Satu tahun ini, menyiapkan anggaran Rp 250 miliar yang habis hanya tiga bulan.
Industri sangat tertarik dengan program tersebut, terbukti proposal yang masuk sebanyak 1.200 proposal senilai lebih dari Rp 1 triliun.
Namun hanya 400 proposal yang disetujui.
"Kami paroan dengan industri untuk riset pengembangan di kampus."
"Semua itu demi kemajuan industri, ekonomi sosial dan budaya," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia mengajak semua pihak untuk bangga terhadap karya anak bangsa karena mulai dari itulah awal dari membangun kedaulatan ekonomi, teknologi, dan inovasi.
Baginya Inovasi adalah elemen penting agar bangsa Indonesia bisa berdaulat di negeri sendiri.
Hal ini selaras dengan program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Menurut Nizam, Kampus Merdeka digagas untuk menjawab tantangan industri revolusi industri 4.0 yang lebih kompleks.
Perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang kreatif, inovatif dan adaptif.
"Jangan sampai ada rantai terputus antara yang dilakukan perguruan tinggi dengan dunia industri yang saat ini sedang berubah dengan pesat sekali," ungkapnya.
Sementara itu, Psikolog Semarang, Probowatie Tjondronegoro pun menyambut karya mahasiswa Undip dalam menciptakan aplikasi pendeteksi stres melalui suara itu.
Sebab, mahasiswa mampu peka terhadap situasi, lalu diaplikasikan melalui karya sesuai bidang yang diminatinya.
"Saya salut para mahasiswa lintas disiplin ilmu mampu kerja bareng,inovasi bareng dengan menciptakan alat inovasi berupa pendeteksi stres via suara," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (4/12/2021).
Meksi demikian, dia memberi masukan agar validasi alat terus ditingkatkan melebihi angka validasi sekarang yang masih di angka 77 persen.
Alat tersebut diharapkan bukan sekadar pendeteksi stres, tapi harus mengupayakan tingkat stres pengguna dapat hilang.
"Psikologi Undip Semarang atau ahli lain harus ikut terjun bareng-bareng ikut menggali alat ini agar berguna di masyarakat," tandasnya. (*)
Baca juga: Dua Siswa SLBN Kota Tegal Juara Nasional Ajang Kreasi ABK, Namanya Ardi dan Rizki
Baca juga: Apa Kabar Kasus Dugaan Korupsi Dana CSR PDAM Kota Tegal? Kejaksaan: Masih Terus Berjalan
Baca juga: Gerebek Rumah Produksi Miras di Kaliwungu Kudus, Polisi Temukan 108 Botol Arak Siap Edar
Baca juga: Tahun Depan Pemkab Kudus Hadirkan Omah UMKM, Ini Maksud Tujuan Bupati Hartopo