Berita Teknologi
Aplikasi Pendeteksi Stress Karya Mahasiswa Undip Semarang Diluncurkan 2022, Sudah Dipesan Halodoc
Alat pendeteksi stres via suara penting diperkenalkan ke masyarakat luas lantaran kesehatan mental masih dianggap tabu di Indonesia.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: deni setiawan
Mereka juga dapat lebih memperhatikan kesehatan mentalnya secara mandiri untuk mengetahui kesehatan mental sekaligus dapat melakukan penanganan lebih dini.
"Semisal masyarakat malu untuk memeriksakan diri ke psikolog mereka dapat terlebih dahulu menggunakan alat tersebut," katanya.
Sementara itu, anggota kelompok, Aji Darmawan menjelaskan, aplikasi pendeteksi stres via suara berbahasa Indonesia berbasis machine learning dirancang dengan data suara orang berbahasa Indonesia.
Diakuinya, aplikasi ini sudah ada di luar negeri, namun belum ada yang berbahasa Indonesia sehingga artikulasi dan beragam hal lainnya belum dapat diterapkan ke Indonesia.
"Kami kembangkan alat ini secara bersama-sama agar dapat digunakan di Indonesia," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (4/12/2021).

Baca juga: Bupati Pati Tak Mau Lagi Bernegoisasi, Kompleks Lokalisasi Lorok Indah Tetap Ditutup dan Dibongkar
Baca juga: PBB-P2 Kabupaten Pati Sudah Melebihi Target Tahun Ini, Kecamatan Winong Paling Cepat Lunas
Dipasarkan Mulai Awal 2022
Pengembangan aplikasi ini sudah melewati tahap validasi dan uji kelayakan sehingga tinggal selangkah lagi untuk dipasarkan.
Hasil validasi telah selesai, aplikasi tersebut dapat dioperasikan dengan tingkat akurasi 77 persen.
Aplikasi itu masih sebatas prototipe, rencana pada akhir tahun atau paling lambat awal 2022 aplikasi tersebut sudah mulai bisa dipasarkan.
"Kami menargetkan maksimal awal 2022 aplikasi sudah dapat diterapkan dan mulai dipasarkan," bebernya.
Cara kerja aplikasi ini dimulai dengan merekam suara terlebih dahulu melalui gawai dan alat sejenisnya.
Rekaman suara itu dapat dilihat data frekuensi suara yang nantinya akan ditangkap sekaligus diterjemahkan oleh machine learning sehingga dapat dilihat kondisi tekanan mental seseorang.
"Selepas diketahui tingkat stres pengguna mereka dapat menindaklanjutinya dengan berkonsultasi dengan psikiater, psikolog atau ahli kesehatan jiwa yang nantinya kami kolaborasikan dalam aplikasi tersebut," imbuh Aji.
Ia menyebut, aplikasi tersebut melibatkan 60 sampel.
Seluruh sampel masih berasal dari kalangan para mahasiswa Undip Semarang.