Berita Sragen
Cerita Pilu Akibat HIV/AIDS di Sragen: 20 Ibu Hamil Harus Minum ARV, Bocah 8 Tahun Ditolak Keluarga
Sebanyak 20 ibu hamil di Kabupaten Sragen terkonfirmasi positif HIV/AIDS.
TRIBUNBANYUMAS.COM, SRAGEN - Sebanyak 20 ibu hamil di Kabupaten Sragen terkonfirmasi positif HIV/AIDS.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPAI) Kabupaten Sragen Haryoto mengatakan, temuan itu lebih banyak dari kasus yang didapati pada wanita pekerja seks (WPS).
"Sekarang, yang naik, temuan kasus pada ibu hamil. Untuk persentase wanita pekerja seks justru lebih sedikit," kata Haryoto di Sragen, Rabu (1/12/2021).
Dikutip dari Tribunsolo.com, Haryoto mengatakan, tren tersebut berubah sejak Pemkab Sragen menggalakkan tes deteksi dini untuk ibu hamil.
Setelah dilakukan screening, setiap tahunnya, temuan kasus HIV pada ibu hamil meningkat cukup signifikan.
Data tahun 2018, ditemukan tujuh kasus ibu hamil dengan virus HIV. Sementara, pada 2019, ditemukan 20 kasus.
Baca juga: Gara-gara Aplikasi PeduliLindungi, Warga Sragen Harus Tunjukkan Setifikat Vaksin saat Urus KTP
Baca juga: Warga Klandungan Sragen Pingsan, Tertimpa Pohon Tumbang saat Melintas di Jalan Gandrung
Baca juga: Museum Sangiran Sragen Kembali Dibuka, Kini Ada Tour Guide yang Temani Pengunjung
Baca juga: Kepulan Asap Tiba-tiba Muncul dari Kap, Truk Bermuatan Aspal Ludes Terbakar di Masaran Sragen
Dikatakan, temuan kasus sempat menurun pada tahun 2020, yakni 15 orang.
Namun, kini, tahun 2021 kembali meningkat. Per November baru ditemukan 20 kasus. Untuk bertahan, mereka pun harus rutin minum ARV.
Saat ini, hampir di seluruh fasilitas kesehatan di Sragen, baik rumah sakit maupun puskesmas, sudah dapat melakukan deteksi dini HIV/AIDS pada ibu hamil.
Menurut Haryoto, faktor penularan HIV pada ibu hamil dan ibu rumah tangga, kini tidak hanya dari suami.
"Selama ini kan kasusnya sering menyalahkan suami, yang dianggap pembawa virus namun ternyata virus itu bisa ditemukan pada istri itu sendiri," jelasnya.
"Misalnya karena ekonomi, istri pergi mencari uang ke luar daerah, di tengah jalan kan bisa saja terganggu. Sudah banyak ditemukan kasus, istrinya positif tapi suaminya negatif," tambah dia.
Haryoto mengimbau, perubahan perilaku kini tidak hanya untuk laki-laki tapi wanita pun seharusnya melakukan hal yang sama.
"Bagaimana cara menjaga seks yang sehat, yakni setia kepada pasangan, jangan berganti-ganti pasangan, dan hindari narkotika," imbaunya.
Sementara, secara keseluruhan, kasus HIV/AIDS di Sragen meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini, total ada 1.544 warga Sragen mengidap HIV/AIDS sejak tahun 2000.
"Di Sragen, sampai bulan November 2021, total 1.544 kasus. Setiap tahun masih ditemukan," jelas Haryoto.
Pandemi covid-19 sempat menghambat screening, yang membuat temuan kasus turun.
Saat pengetatan mobilitas masyarakat, setiap bulannya hanya ditemukan 6 hingga 10 kasus.
"Namun, setelah PPKM level atau kita berada di level hijau covid-19, kita lakukan visiting mobile dan menemukan 28 kasus hanya dalam satu bulan, yakni pada November," jelasnya.
HIV menjangkiti hampir merata di seluruh profesi, baik wiraswasta, petani, hingga ibu rumah tangga.
"Paling banyak, wiraswasta, kemudian petani, dan ibu rumah tangga," ungkapnya.
Baca juga: UMK Banyumas Naik Rp 13 Ribu, Berikut Daftar UMK 2022 35 Kabupaten/Kota di Jateng
Baca juga: Sambut Hari Disabilitas, Siswa SLB di Purwokerto Baca Puisi: Inilah yang Aku Terima, Terimalah Aku
Baca juga: Dua Rumah di Banjaran Purbalingga Hangus Terbakar, Api Diduga Muncul dari Korsleting Listrik
Baca juga: Flavio Beck Junior Resmi Gabung PSIS Semarang, Yoyok: Kedatangannya Sangat Penting dan Mendesak
Indonesia sendiri menargetkan pada tahun 2030 bebas dari HIV, dengan Three Zero (Zero penularan baru, zero kematian akibat HIV, dan Zero diskriminasi).
"Dengan waktu sembilan tahun tersisa, target itu bisa diwujudkan, karena saat ini HIV/Aids sudah dapat dikelola, karena sudah ada obatnya," jelasnya.
"Yang terpenting, begitu dirinya tahu HIV, dia harus berani minum obat, karena meskipun sudah undetected virusnya, masih berpotensi menularkan HIV," jelas dia.
Bocah Terjangkit HIV Dikucilkan
Sementara, cerita pilu datang dari bocah 8 tahun pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Sragen.
Dia tertular dari orangtua yang juga mengidap virus mematikan itu.
Namun, di usianya yang masih belia, ia harus hidup sebatang kara karena kehilangan orangtua.
Ketua Yayasan Sehat Panghuripan Sukowati Ririn Hanjar mengatakan, bocah itu kini tinggal di yayasan miliknya karena tidak ada saudara yang mau merawat.
"Orangtuanya sudah meninggal dunia karena HIV, kini ia tidak ada yang merawat," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Rabu (1/12/2021).
"Masih ada saudara, tapi tidak ada yang mau merawat," katanya.
Semenjak kecil, bocah ini selalu mendapatkan diskriminasi dari tetangga dan saudara, setelah mengetahui keluarganya mengidap HIV.
Dia pernah hidup di rumah sangat sederhana dengan kedua orangtuanya.
Orangtuanya tak bisa berbuat banyak demi kehidupan yang lebih layak karena tolakan dari lingkungan sekitar.
Namun, itu tidak menjadi penghalang bocah itu terus melanjutkan hidup dan meraih cita-cita.
Kini, dia hidup dengan sehat dan aktif seperti kebanyakan anak-anak lain.
Keceriaan itu nampak jelas terlihat ketika ia menerima bantuan tabungan pendidikan dari bupati Sragen, Rabu (1/12/2021).
Ia nampak ceria dan berlarian kesana kemari selayaknya anak yang hidup normal.
"Kondisinya sehat dan ceria, seperti anak pada umumnya karena terus minum obat ARV," cerita dia. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Bikin Sedih, 20 Ibu Hamil di Sragen Terjangkit HIV AIDS Selama 2021, Jumlah Meroket dari Tahun 2020.