Berita Jawa Tengah
Inilah Ampyang Maulid, Tradisi Warga Loram Kulon Kudus Tiap Maulid, Berikut Bentuknya
Peringatan Maulid Nabi di Loram Kulon yang berlangsung setiap tahun yang jatuh pada 12 Rabiulawal itu dipusatkan di Masjid At-taqwa atau Masjid Wali.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS - Peringatan Maulid Nabi Muhammad di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus kali ini berlangsung sederhana, Selasa (19/10/2021).
Tidak ada keriuhan warga berebut gunungan nasi kepel, lantaran pandemi masih berlangsung.
Peringatan Maulid Nabi di Loram Kulon yang berlangsung setiap tahun yang jatuh pada 12 Rabiulawal itu dipusatkan di Masjid At-taqwa atau Masjid Wali.
Baca juga: Pemkab Kudus Disentil DPRD, Rancangan Perubahan APBD 2021 Terlambat Diserahkan, Efeknya Seperti Ini
Baca juga: Didirikan untuk Menampung Pekerja Korban PHK, Bandar Seafood Kudus Kini Bersiap Buka Cabang
Baca juga: Ikuti Vaksinasi Covid di RS Mardi Rahayu Kudus, Lansia Dapat Pemeriksaan Gratis Gula Darah
Baca juga: Dana Hibah Pengcab Disunat Rp 2 Juta, Kejari Kudus Periksa Sejumlah Pengurus KONI
Tradisi peringatan tersebut disebut Ampyang Maulid.
Biasanya terdapat sejumlah gunungan dalam tradisi tersebut, kali ini hanya tersedia dua gunungan.
Satu gunungan berisi nasi kepel dan satunya gunungan berisi buah-buahan.
"Tahun ini sama dengan tahun sebelumnya karena masih pandemi."
"Jadi dilaksanakan secara sederhana," kata Kades Loram Kulon, Muhammad Syafi'i kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (19/10/2021).
Jika sebelum pandemi pihaknya biasanya menyediakan sampai seribu nasi kepel, kali ini hanya 100 nasi kepel.
Nasi kepel merupakan nasi yang dibungkus daun pisang berikut lauknya, besarnya sekepal tangan.
Warga yang dilibatkan dalam tradisi kali ini hanya puluhan.
Hanya sejumlah perangkat desa dan perwakilan dari masing-masing RT.
Berbeda saat sebelum pandemi, bisa sampai ribuan.
Kali ini gunungan diarak dari balai desa ke Masjid Wali Kudus.

Para pengiring mendendangkan selawat diiringi terbang.
Setelah sampai di masjid, kemudian dilakukan pembacaan maulid barzanji dan dilanjutkan doa bersama.
Puncaknya gunungan nasi kepel dan buah-buahan itu dibagikan kepada sejumlah warga.
Penyebutan Ampyang Maulid itu erat kaitannya dengan gunungan yang dibawa dalam tradisi tersebut.
Sebab, dalam gunungan selain terdapat nasi maupun buah-buahan, juga terdapat kerupuk warna-warni.
Warga setempat menyebut kerupuk tersebut ampyang.
"Tradisi Ampyang Maulid ini diilhami dari nama makanan."
"Itu merupakan bagian dari ekspresi peringatan kelahiran Nabi," kata Juru Pelihara Gapura Masjid Wali, Afroh Aminudin kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (19/10/2021).
Menurut Afroh, tradisi ini dipercaya sudah ada sejak masa Sultan Hadirin saat menyebarkan agama di desa tersebut pada abad 16.
Ampyang Maulid merupakan bagian dari media dakwah yang dilakukan Sultan Hadirin kala itu.
"Untuk inti dari kegiatan ini adalah pembacaan maulidnya," kata Afroh. (*)
Baca juga: Keren Nih, Lapas Kelas IIB Kendal Punya Industri Pakan Ternak, Produksi Sehari Bisa Capai 1 Ton
Baca juga: Mengenal Tradisi Weh-wehan, Tradisi Warga Kaliwungu Kendal Berbagi Makanan di Hari Maulid Nabi
Baca juga: Muncul Dugaan Jual Beli Lapak Pasar Johar Semarang, Hendi: Silakan Pedagang Bisa Lapor Polisi
Baca juga: Kepala DPU Kota Semarang Geram, 6 Pohon Pule di Pinggir Jalan Mati Diduga Sengaja Disiram Solar