Berita Banjarnegara Hari Ini
Belajar Tatap Muka Aman Sejak Akhir 2020 di Banjarnegara, Dinkes: Kuncinya Disiplin dan Vaksinasi
Pemkab Banjarnegara berani menggelar PTM lebih dini, saat pemerintah daerah lain memilih menunda PTM karena khawatir munculnya klaster. Ini kuncinya.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Munculnya klaster Covid-19 saat pembelajaran tatap muka (PTM) diterapkan di Kabupaten Purbalingga dan sejumlah daerah lain jadi perhatian serius Pemkab Banjarnegara.
Tak ingin kejadian sama, Dinkes Kabupaten Banjarnegara menggencarkan tes cepat antigen untuk para siswa dan guru.
Masing-masing sekolah yang melaksanakan PTM diambil sampel 20 orang, terdiri dari guru dan siswa.
Baca juga: Masih Kontroversi, Penggantian Logo Banjarnegara Dikaitkan Partai Politik, Tuswadi Katakan Ini
Baca juga: Belum Divaksin dan Terjaring Razia, Pengendara di Banjarnegara Langsung Ditawari Vaksinasi Gratis
Baca juga: Lima Kecamatan Masuk Prioritas Penanganan Kemiskinan Ekstrem Banjarnegara, Ini Rencana Programnya
Baca juga: Ada 20 Paket Proyek yang Dikerjakan Tahun Ini, DPUPR Banjarnegara Pastikan Semua Rampung November
Hampir seluruhnya hasilnya negatif, kecuali seorang guru yang dinyatakan positif hingga harus menjalani karantina.
Padahal, Banjarnegara terlebih dahulu melaksanakan PTM, pada periode Agustus hingga Desember 2021.
Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono kala itu mendorong pelaksanaan PTM.
Itu dikarenakan pula banyak keluhan dari orangtua dan siswa terkait pembelajaran daring yang dirasa kurang efektif serta merepotkan.
Menurut dia, peran guru tidak akan bisa tergantikan oleh teknologi.
PTM dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Tapi Januari 2021, pembelajaran terpaksa kembali ke dilaksanakan daring menyusul arahan pemerintah.
Dalam perjalanannya, muncul keresahan dari para orangtua dan siswa.
Ketiadaan sinyal internet di desa menyulitkan sebagian siswa untuk mengikuti pembelajaran daring.
Bahkan, pernah viral sekelompok anak di Kecamatan Karangkobar tiap hari harus naik ke bukit dan belajar di kuburan demi mendapatkan sinyal.
Mereka harus belajar berdampingan dengan batu-batu nisan orang yang telah meninggal.
Belum lagi permasalahan lain semisal keterbatasan kemampuan orangtua miskin untuk memenuhi sarana pembelajaran bagi anaknya.
Kepala Dindik Kabupaten Banjarnegara, Noor Tamami mengatakan, pihaknya lantas menggelar pertemuan dengan Forkopimda, Dinkes, BPBD, dan stakeholder lain untuk membahas permasalahan itu.
Di situ pihaknya menerima banyak masukan, serta keluhan para orangtua.
Alhasil, pada 5 April 2021, pihaknya menggelar kembali PTM terbatas.
PTM kala itu hanya dilakukan di 5 sekolah setingkat SMP dan 20 SD di 20 kecamatan di Banjarnegara.
Juni 2020, Banjarnegara sudah mulai menggelar PTM serentak di tingkat SD dan SMP.
Adapun tingkat SMA belum digelar karena berada di bawah kewenangan pemerintah provinsi.
Pemkab Banjarnegara berani menggelar PTM lebih dini, saat pemerintah daerah lain memilih menunda PTM karena khawatir munculnya klaster penyebaran Covid-19.
Meski lebih dini menggelar PTM, ternyata, menurut Kepala Dinkes Kabupaten Banjarnegara dr Latifa Hesti Purwaningtyas, tak menemukan kasus Covid-19 atau klaster baru karena PTM.
"Tidak ada (sejauh ini)," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (2/10/2021).
Keberhasilan Banjarnegara menggelar PTM lebih awal tanpa adanya kasus menonjol tentu ada alasan.
Hesti mengatakan, Pemkab Banjarnegara tidak serta merta mengizinkan setiap sekolah menggelar PTM kecuali harus memenuhi sejumlah persyaratan.
Pihak sekolah yang mengajukan PTM harus berkomunikasi terlebih dahulu dengan Satgas Covid-19 di masing-masing kecamatan.
Mereka akan memastikan sejauh mana kesiapan pihak sekolah menyelanggarakan PTM, termasuk dicek kelengkapan sarana prasarana pendukung protokol kesehatan, semisal alat cuci tangan, pengukur suhu, dan lainnya.
Pihak sekolah juga harus berkomitmen untuk melaksanakan protokol kesehatan.
Di dalam kelas, tempat duduk siswa dibuat berjarak.
Setiap hari hanya ada 4 jam pelajaran.
Setiap mata pelajaran durasi pembelajarannya hanya 30 menit.
Siswa maupun guru juga wajib mengenakan masker saat proses pembelajaran.
Kantin sekolah dilarang buka selama PTM berjalan untuk menghindari kerumunan.
Selain disiplin prokes, pihaknya juga menggencarkan vaksinasi.
Disiplin prokes dan vaksinasi menurut dia adalah dua hal penting sebagai upaya pencegahan Covid-19 di lingkungan sekolah.
Hesti memastikan seluruh guru yang melaksanakan PTM telah divaksin.
Selanjutnya, secara bertahap, pihaknya akan melakukan vaksinasi untuk siswa, khususnya siswa di tingkat SMA.
"Step by step mungkin siswa SMA terlebih dahulu yang divaksin," katanya. (*)
Disclaimer Tribun Banyumas
Bersama kita lawan virus corona.
Tribunbanyumas.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan.
Ingat pesan ibu, 5M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, selalu Menjaga jarak, Menghindari kerumunan, mengurangi Mobilitas).
Baca juga: Segarnya Es Cendol di Kota Tegal, Gurih Manis dan Banyak Topping, Cobalah di Cendol Fitiya
Baca juga: Data Update Kota Tegal - Vaksinasi Dosis Pertama Sudah Mencapai 93,42 Persen
Baca juga: Dongkrak Produksi Gula Organik, Kementan Bantu 2.700 Bibit Pohon Kelapa bagi Petani di Purbalingga
Baca juga: Napi Rutan Purbalingga Diajak Memproduksi Truk Oleng Mainan Anak-anak, Dijual Rp 100 Ribu/Buah