Berita Jawa Tengah
Inilah Batik Ciprat Karya Penyandang Tunadaksa di Pati, Menuangkan Warga Gunakan Sabut Kelapa
Karya para penyandang disabilitas di Kabupaten Pati ini memperoleh penghargaan Juara III dalam ajang Pati Innovation Award 2021 kategori umum.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: deni setiawan
Dia dan rekan-rekan penyandang disabilitas ingin menghasilkan sesuatu yang unik.
“Akhirnya kami beralih ke ciprat, sebab setahu kami se eks Karesidenan Pati belum ada batik ciprat,” tutur dia.
Suratno menyebut, ada delapan anggota PPDI yang rutin membatik.
Semuanya penyandang disabilitas tunadaksa.
“Kelebihan kami ialah tidak pakai kuas untuk menciprat."
"Kami pakai sabut kelapa dan akar alang-alang yang diikat,” ungkap dia.

Baca juga: Difabel di Kota Semarang Mulai Terima Vaksin Covid, Dimulai dari 97 Siswa YPAC
Baca juga: PPKM Level 4 di Semarang Diperpanjang, Wali Kota Hendi: Aturan Pembatasan Masih Sama
Proses Membatik
Proses pembuatan batik ciprat dimulai dengan membentangkan kain dengan rangka bambu.
Kemudian malam atau lilin yang sudah dipanaskan di kompor diciprat-cipratkan menggunakan sabut kelapa dan akar alang-alang ke kain tersebut.
Setelah diciprat, kain didiamkan 15 menit.
Selanjutnya dilakukan pewarnaan atau blok warna menggunakan spons.
“Setelah itu didiamkan lagi 15 menit, lalu dikunci menggunakan water glass dan didiamkan 24 jam."
"Selanjutnya dilorot (melunturkan lilin menggunakan air panas), dijemur, seterika, dan jadi,” papar Suratno.
Dalam melakukan pencipratan untuk membentuk motif, lanjut dia, mulanya ia hanya asal-asalan.
Namun, seiring berjalannya waktu ada teknik khusus yang ia lakukan sehingga motif yang terbentuk lebih bagus.