Berita Kudus
Orangtua Sempat Persoalkan Vaksinasi bagi Siswa, Disdikpora Kudus: Belum 18 Tahun, Tidak Bisa
Permintaan wali murid di Kudus agar siswa juga mendapatkan vaksinasi Covid-19 tidak bisa dipenuhi.
TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS - Permintaan wali murid agar siswa juga mendapatkan vaksinasi Covid-19 tidak bisa dipenuhi. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kudus, Harjuna Widada, mengaku telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus terkait vaksinasi siswa.
Namun, pemberian vaksinasi tidak bisa dilakukan kepada seseorang yang berusia di bawah 18 tahun.
Sedangkan anak remaja di atas 18 tahun, biasanya sudah menyelesaikan pendidikan SMA.
"Vaksinasi tidak bisa diberikan karena siswa ini berusia di bawah 18 tahun. Vaksin hanya bisa diberikan di atas usia 18 tahun," kata dia, saat meninjau uji coba pembelajaran tatap muka di SMP Negeri 1 Jekulo, Selasa (6/4/2021).
Baca juga: Vaksinasi di Kudus Belum Menyentuh Siswa, Fatimah Tak Izinkan Anaknya Ikut Uji Coba PTM
Baca juga: Ingat! Lalu Lintas Jalan Sunan Kudus Kini Berlaku Searah untuk Mobil, Berlaku dari Timur ke Barat
Baca juga: 26 Warga Binaan Rutan Kelas IIB Kudus Positif Covid-19, Seorang di Antaranya Meninggal
Baca juga: Terjunkan 7 Atlet Wushu di Popda Jateng, Kudus Targetkan Gondol 1 Perunggu
Dia memperkirakan, alasan tersebut masuk akal karena siswa berusia dibawah 18 tahun memiliki imunitas yang lebih tinggi.
"Anak-anak remaja itu imunitasnya tinggi, tidak seperti yang sudah tua," ucapnya.
Sehingga, pihaknya juga tidak bisa memaksakan wali murid yang belum menyetujui pembelajaran tatap muka karena siswa belum divaksin Covid-19.
Namun, jumlah mereka tidak sebanyak orangtua yang mengizinkan anaknya mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka.
Dari 191 siswa di SMP Negeri 1 Jekulo, hanya lima siswa yang wali muridnya tidak mengizinkan anaknya mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka.
"Kalau tidak mau pembelajaran tatap muka, ya nanti belajarnya secara daring," ucap dia.
Peserta tatap muka, saat ini, sebanyak 108 orang yang dibagi ke dalam sembilan ruangan.
"Setelah simulasi pertama berakhir tanggal 16 April, ini akan dievaluasi, kemudian ditambah lagi pesertanya," jelasnya.
Sementara itu, Mustakim (51), warga Hadipolo yang mengantarkan anaknya ke sekolah, lebih setuju pembelajaran tatap muka (PTM).
Biarpun kondisinya saat ini masih pandemi, dia mempercayakan anaknya, Fadli Nuril, mengikuti sekolah tatap muka.
Dia menilai, anaknya kesulitan mengikuti pembelajaran secara daring karena menumpuknya tugas sekolah.