Berita Bisnis

Resah Muncul Jurnal Gula Semut Jateng Tak Murni, PT Profile Mitra Abadi Ngadu ke Pemkab Banyumas

CEO PT Profile Mitra Abadi Lewi Cuaca mengajak pengrajin di Banyumas menjaga mutu dan kualitas gula semut atau gula kelapa buatan mereka tetap murni.

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI
CEO PT Profile Mitra Abadi Lewi Cuaca bersama tim, beraudiensi dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Banyumas, Selasa (30/3/2021). Mereka mengadukan gula semut Banyumas yang diduga tak murni setelah muncul jurnal keluaran Jerman yang menyatakan kondisi tersebut. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - CEO PT Profile Mitra Abadi Lewi Cuaca mengajak pengrajin di Banyumas menjaga mutu dan kualitas gula semut atau gula kelapa buatan mereka tetap murni.

Ajakan ini disampaikan perusahaan di bidang pangan organik tersebut setelah muncul artikel penelitian Springer dari Jerman berjudul 'Authentication of Indonesia Coconut Sugar Using Stable Carbon Isotopes'.

Dalam artikel tersebut disoroti adanya kecenderungan gula kelapa atau gula semut Indonesia tidak murni. Bahkan, secara spesifik, gula tidak murni tersebut produksi provinsi di Jawa Tengah.

"Jangan mudah dipengaruhi pihak lain. Misal, dari Negara Timur Tengah dan India merasa kurang manis dan meminta agar ditambah dan dicampur gula tebu, jangan mau. Gula kelapa ya gula kelapa, tidak boleh ada campuran dan harus murni, dan kita harus jaga kualitas," terangnya saat audiensi dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Banyumas di Purwokerto, Selasa (30/3/2021).

Baca juga: Pemkab Banyumas Perbolehkan Salat Tarawih Berjemaah di Masjid: Anak-anak dan Lansia Tetap di Rumah

Baca juga: Sudah Dibuka Mulai Hari Ini, Pendaftaran Vaksinasi Massal Bagi Lansia di Banyumas, Begini Caranya

Baca juga: Bujuk Rayu Siswi SMP hingga Mau Diajak Ngamar, Pemuda asal Pegalongan Banyumas Dipolisikan

Baca juga: Forsa Banyumas Kecam Aksi Bom di Gereja Katedral Makassar: Polisi Harus Usut Tuntas Kejahatan Ini

Menurutnya, Banyumas dan daerah sekitarnya mesti bersyukur karena punya kekayaan alam yang bisa dijual di dunia internasional, yaitu gula semut.

"Permintaan gula kelapa semakin meningkat dari yang dulu saya mengirim 5 ton, sekarang bisa jadi 50 ton dan dari satu koperasi saja," ungkapnya.

Sementara itu, Quality Manager PT Profil Mitra Abadi, Muhammad Rasyadi menambahkan, untuk mengetahui suatu produk lolos uji pangan organik atau tidak bisa diketahui melalui Internal Control Sistem (ICS) dan cek ke lapangan.

Ia mengatakan, sertifikasi produk organik dari proses pembuatan gula kelapa yang terdaftar adalah berasal dari bahan baku nira yang kemudian dimasak menjadi gula kristal.

"Rata-rata adalah dari air nira langsung dan dimasak menjadi gula kristal atau gula semut. Tapi, kemudian, jika muncul gula semut yang di olah dari gula cetak, itu juga bisa terjadi," katanya.

"Dengan adanya pengelohan gula cetak menjadi gula semut maka tidak bisa dipastikan kandungan apa yang ada dalam gula cetak itu," katanya.

Hal itulah yang dipertanyakan terkait pengawasan. Pihaknya berharap adanya kolaborasi dengan pemerintah, bukan hanya mengawasi tapi juga membuat regulasi khusus.

Istilah yang digunakan ketika menggunakan gula cetak yang diubah menjadi gula semut disebut sebagai gula repro.

Baca juga: Targetkan Jadi Kabupaten Layak Anak dan Dafabel Pada 2022, Ini yang Dilakukan Pemkab Purbalingga

Baca juga: Dapat Bantuan 3290 Hazmat, Dinkes Kendal Bakal Bagikan ke Semua Puskesmas, RS, dan RSDC

Baca juga: 15 Rumah di Bedono Kabupaten Semarang Rusak Akibat Longsor, Dipicu Hujan Deras 3,5 Jam

Menurutnya, kualitas gula semut Indonesia dipertanyakan mengingat belum ada laboratorium yang mengecek secara khusus terkait kualitas gula.

"Pengrajin gula kelapa di Banyumas ada puluhan ribu, tidak mungkin kita cek satu-satu. Intinya, petani agar jangan meniru dan memenuhi permintaan pasar yang justru akan mengancam. Terutama, di Cilongok dan Banyumas, dianggap sebagai tempat gula repro," ucapnya.

Rasyadi menuturkan, pihaknya mendapat tekanan dari pasar luar negeri terkait kepastian kemurnian gula semut yang dikirim.

Mereka pun memberi kesempatan kepadanya untuk memperbaiki jika ada gula semut tak murni.

"Jika kepercayaan ke negara kita hilang maka akan pindah ke negara lain. Koperasi dan UKM harus meningkatkan pengawasan," katanya.

Atas dasar temuan yang diunggah dalam jurnal internasional tersebut, CEO PT Profile Mitra Abadi mengadukan hal ini kepada Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Banyumas.

"Ini adalah sebagai upaya agar menggugah sampai ke level nasional," katanya.

Senada, Kepala Pusat Layanan Usaha terpadu Provinsi Jawa Tengah, Kukuh Hariadi mengatakan, perlu adanya riset tandingan atau riset mandiri dari Indonesia.

"Kami perlu memiliki riset tandingan, apakah benar gula semut kita tidak murni alias dicampur. Karena diklaim dalam jurnal luar itu ada 109 sampel di Jawa Tengah, terkait temuan gula semut rafinasi," ungkapnya.

Baca juga: Disambati Warganya di Perantauan yang Tak Boleh Mudik, Bupati Blora Janji Melobi Gubernur

Baca juga: Lansia Panti Sosial Dewanata Cilacap Antusias Divaksin Covid, Tertua Berumur 90 Tahun

Baca juga: Politeknik Banjarnegara Beri Peluang Siswa SMA Belajar Agro Industri di Kampus, Siap ke Dunia Kerja

Menanggapi permintaan agar gula semut Banyumas dijaga kermurniannya, Kabid Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Banyumas Retno Wulandari mengatakan, pihaknya akan menunggu arahan dari Bupati Banyumas Achmad Husein. Apalagi, ini terkait dengan komoditi ekspor.

"Ini hanya audiensi saja, kalau adanya gula campuran ekspor, tergantung masing-masing negara. Ada yang minta gula kelapa murni, ada yang cetak. Ekspor gula di Banyumas pada 2020 sekitar 12 ribu ton," tuturnya. (Tribunbanyumas/jti)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved