Konflik Myanmar

Warga Myanmar Mulai Pakai Ketapel dan Bom Molotov, Lawan Pasukan Bersenjata saat Aksi Demonstrasi

Demonstran di Myanmar mulai menggunakan ketapel dan bom molotov untuk menyerang balik pasukan bersenjata saat aksi demo terjadi.

Editor: rika irawati
STR via AP
Pengunjuk rasa berlarian setelah polisi memberikan tembakan peringatan dan menggunakan meriam air untuk membubarkan demonstrasi di Mandalay, Myanmar, pada 9 Februari. Polisi bergerak setelah massa berdemonstrasi menentang kudeta militer Myanmar. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, NAYPYIDAW – Demonstran di Myanmar mulai menggunakan ketapel dan bom molotov untuk menyerang balik pasukan bersenjata saat aksi demo terjadi.

Perlawanan tersebut dilakukan para demonstran pada Rabu (17/3/2021), setelah setidaknya lebih dari 200 orang tewas dalam aksi menentang kudeta militer.

Di Kalay, barat laut Myanmar, setidaknya, dua orang ditembak mati pada Rabu, menurut media lokal dan foto-foto para korban yang beredar di media sosial.

Pada Rabu malam waktu setempat, asap dan kebakaran terlihat di Kalay dan Yangon sebagaimana dilansir Associated Press.

Baca juga: Korban Sipil Demo di Myanmar Tembus 138 Orang, Pengamat Khawatir Terjadi Perang Saudara Besar

Baca juga: Diduga Dianiaya di Penjara Militer Myanmar, Pejabat Pro Demokrasi Kubu Aung San Suu Kyi Tewas

Baca juga: Menangis sambil Berlutut, Suster Ann Memohon Polisi Tak Menembaki Demonstran di Myanmar

Baca juga: Kondisi Myanmar Memanas, 38 Demonstran Tewas dalam Sehari saat Aksi Protes Kudeta Militer

Asap dan kebakaran tersebut tampaknya berasal dari barikade buatan demonstran yang dibakar oleh pasukan keamanan.

Aksi demo menentang kudeta militer di Myanmar terus berlangsung sejak militer menahan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan merebut kekuasaan pada 1 Februari.

Sebagian besar dari aksi demo tersebut berlangsung damai.

Pasukan keamanan membalasnya dengan kekerasan, melakukan penangkapan, bahkan tak segan membunuh demonstran.

Namun, semua berubah pada Rabu, ketika pasukan keamanan kembali melepaskan tembakan di Yangon.

Setelah pasukan keamanan melepaskan tembakan, demonstran awalnya melarikan diri. Beberapa saat kemudian, mereka merangkak mendekati barikade yang sudah dibikin sebelumnya.

Beberapa di antara mereka melemparkan bom molotov sementara yang lain melepaskan proyektil dari ketapel.

Seruan Damai dari Paus

Pada Rabu, Paus Fransiskus juga memohon agar kekerasan di Myanmar dihentikan. Paus juga menyerukan agar dibuka kembali dialog di sana.

"Sekali lagi dan dengan kesedihan terdalam yang saya rasakan, saya merasa perlu untuk berbicara tentang situasi di Myanmar," kata Paus.

"Banyak orang, kebanyakan dari mereka masih muda, kehilangan nyawa mereka untuk meletakkan harapan kepada negara mereka," sambung Paus.

Baca juga: Asyik Mancing di Telaga Pengilon Dieng Wonosobo, Dua Pemancing Malah Temukan Mayat Mengambang

Baca juga: Teror Atlet Lempar Batu Jalanan Sasar Truk Masih Marak, Ini Analisa Aptrindo Terkait Pemicu

Baca juga: Alana Hafiz Cilik Banjarnegara Minta Doa, Ingin Asah Kemampuan di Lomba Dai Cilik Indonesia

Baca juga: Ada Warga Terinfeksi Covid-19 seusai Divaksin, Dinkes Kota Semarang: Satu-satunya Pencegah adalah 5M

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved