Berita Jawa Tengah

Terdampak Cuaca Ekstrem, Harga Gabah Anjlok di Kendal, Akibat Kualitas Menurun

Petani asal Jambearum Kecamatan Patebon, Sunarto mengatakan, para petani padi di Kendal mengalami penurunan produksi gabah pada musim panen kali ini.

Penulis: Saiful Masum | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/SAIFUL MA'SUM
Para pekerja memanen padi di Desa Jambearum, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Senin (8/3/2021). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, KENDAL - Harga gabah di Kabupaten Kendal mengalami penurunan setelah terdampak cuaca ekstrem sejak beberapa waktu terakhir.

Anjloknya harga hingga Rp 100 ribu per kuintal gabah itu sangat dirasakan petani.

Bahkan, sebagian petani mengklaim gagal panen setelah tanaman padinya terendam banjir. 

Baca juga: Silakan Datang ke Puskesmas, Syarat Cukup Bawa KTP, Vaksinasi Lansia Mulai Dilakukan di Kendal

Baca juga: Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Pemkab Kendal Berani Pasang Target PAD Wisata Rp 1,8 Miliar

Baca juga: Harga Cabai Masih Tinggi, Cabai Setan Rp 90 Ribu di Temanggung, Pasar Kaliwungu Kendal Rp 100 Ribu

Baca juga: Pura-pura Jadi Polisi, 2 Warga Semarang Gondol HP dan Emas Remaja di Pelabuhan Kaliwungu Kendal

Petani asal Jambearum Kecamatan Patebon, Sunarto mengatakan, para petani padi di Kendal mengalami penurunan produksi gabah pada musim panen kali ini.

Itu akibat terdampak cuaca hujan ekstrem hingga banjir.

Selain itu, kualitas gabahnya pun kurang bagus dibandingkan hasil panen sebelumnya, sehingga membuat harga gabah di pasaran turun.

"Turunnya produksi panen tanaman padi kali ini karena pengaruh cuaca yang sering turun hujan sampai terkena banjir."

"Tanaman padi milik saya misalnya, juga terdampak banjir."

"Jadi kualitas padi kurang bagus, tidak penuh," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (8/3/2021).

Pedagang gabah di Kecamatan Patebon, Zaeni mengatakan, anjloknya harga gabah dikarenakan kualitasnya yang semakin turun.

Hal tersebut membuat petani padi semakin terpuruk karena hasil jual panen gabah tidak sesuai dari yang diharapkan. 

Sementara dalam perawatannya sudah mengeluarkan modal cukup banyak karena harga pupuk sempat mengalami kenaikan. 

"Harga gabah bersih per kuintal sekarang hanya Rp 300 ribu."

"Padahal harga normal biasanya di atas Rp 400 ribu per kuintal, produksinya juga menurun."

"Biasanya per hektare bisa keluar 7 ton, paling dengan cuaca seperti ini berkisar 5 ton," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (8/3/2021).

Sumber: Tribun Banyumas
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved