Berita Kudus
Kisah Toleransi dari Banjir Kudus. GKMI Tanjungkarang Jadi Pengungsian, Warga: Kami Tetap Bisa Salat
Berada di wilayah banjir namun terbebas dari genangan air membuat pengelola GKMI Tanjungkarang Jati Kudus membuka diri sebagai tempat pengungsian
Saat ini, ada 48 jiwa dari 14 kepala keluarga (KK) yang tinggal di tempat pengungsian di GKMI. Mereka tinggal sejak 31 Januari 2021.
Pengungsi tinggal di ruangan aula yang tidak dipakai untuk kegiatan ibadah.
"Kapasitasnya, kalau penuh, maksimal bisa sampai 100 orang. Tapi, yang di sini sekarang sudah ada 48 orang, ujarnya.
Dia memprediksi, banjir akan selesai pada akhir bulan Februari 2021. Butuh waktu lama banjir bisa surut karena Tanjungkarang ada di wilayah cekungan.
"Yang sudah-sudah itu sampai satu bulan. Jadi, kemungkinan ini sampai akhir bulan Februari 2021," ujar dia.
Pihaknya menyediakan seluruh kebutuhan makan bagi pengungsi, tiga kali dalam sehari.
Semua bantuan yang diberikan pengungsi merupakan swadaya dari jemaat dan kas gereja.
"Bantuan pemerintah masuk lewat kelenteng (di Jati). Biasanya, kalau butuh tambahan, kami ambil ke sana (kelenteng). Tapi, kebanyakan, kami swadaya," jelas dia.
• Ini Usaha dan Profesi yang Diramal Moncer di Tahun Kerbau Logam 2021
• Bhabinkamtibmas dan Nakes Polres Banjarnegara Siap Terjun Jadi Tracer dan Vaksinator Covid
• Facebook Bakal Batasi Konten Politik di News Feed di Indonesia, Begini Dampak bagi Pengguna
• Tega, Ayah di Brebes Siram Air Panas Anak Tiri Gara-gara Terganggu Suara Berisik saat Tidur
Sementara itu, Nusrotul Nikmah (27), warga Desa Tanjungkarang, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, mengatakan, selama dua bulan terakhir, sudah terjadi empat kali banjir di wilayah tersebut.
Namun banjir yang datang terakhir cukup tinggi sehingga membuat dia terpaksa mengungsi.
"Ketinggian di rumah sampai 70 cm, kalau di jalan sampai satu meter. Makanya, saya sekeluarga mengungsi," ujar dia.
Dia mengungsi bersama suami, dua anak, dan mertuanya di GKMI. Mereka tak mempersoalkan lokasi pengungsian di gereja karena pengelola tempat ibadah tersebut menyediakan tempat terpisah untuk salat.
"Saya di sini masih bisa beribadah. Jadi, tidak ada masalah, apalagi lokasi (pengungsian) ini terdekat dari rumah," ujar dia.
Selain mendapatkan bantuan logistik makanan, di gereja ini, ada dokter yang bertugas memeriksa kesehatannya.
"Pagi dan sore, ada dokter yang datang, makan juga tercukupi, ibadah juga bisa, jadi tidak masalah," ucap dia. (*)