Berita Jawa Tengah
Investasi Dalam Negeri Jadi Andalan di Jateng saat Pandemi, Ini Penjelasan Lengkap Ratna Kawuri
DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah mencatat total realisasi investasi pada 2020 sebesar Rp 50,24 triliun dari target awal Rp 24,89 triliun.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Ada angin segar di bidang investasi di tengah goncangan ekonomi dampak dari pandemi Covid-19 di Jawa Tengah.
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) menjadi penopang kinerja investasi di Indonesia sepanjang 2020 yang dibayangi pandemi.
Nilai PMDN melebihi penanaman modal asing (PMA) yang biasanya beberapa tahun sebelumnya selalu superior.
• Bawaslu Jateng Dinobatkan sebagai Badan Publik Paling Informatif se-Indonesia
• Vaksinasi Covid di Jateng Sudah Serentak, 1 Penerima Sempat Pingsan seusai Divaksin
• 130 Anggota DPRD Fraksi PKS se-Jateng Sumbangkan Gaji Januari untuk Korban Bencana
• Tren Positif PPKM Jilid Pertama di Jateng, Tingkat Keterisian Kamar Isolasi di Bawah 70 Persen
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah mencatat total realisasi investasi pada 2020 sebesar Rp 50,24 triliun.
"Angka ini melampui target yang ditetapkan senilai Rp 24,89 triliun atau 202 persen," kata Kepala DPMPTSP Jateng, Ratna Kawuri kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (29/1/2021).
Angka ini lebih kecil dibandingkan tahun sebelum pandemi yakni pada 2019 yang mencapai Rp 59,50 triliun.
Namun, jika dibandingkan triwulan keempat, ada pertumbuhan 3,59 persen.
Yang mana triwulan keempat 2019 mencatat Rp 12,27 triliun.
Sedangkan triwulan keempat 2020 mencapai Rp 12,71 triliun.
"Sebelum pandemi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memberikan target Rp 26,99 triliun."
"Namun, kemudian targetnya direvisi, secara nasional direvisi."
"Jawa Tengah menjadi Rp 24,89 triliun dan berhasil merealisasikan 202 persen," jelasnya.
Ratna mengatakan, investasi sepanjang 2020 agak sedikit berbeda dengan tahun sebelum pandemi atau sebelum 2020.
Yang mana pada 2020 investasi ditopang PMDN.
PMDN pada 2020 naik 64,13 persen secara year on year.
Pada 2019, PMDN tercatat Rp 18,65 triliun, sedangkan PMA Rp 40,85 triliun.
Sementara, pada 2020 PMDN naik signifikan menjadi Rp 30,61 triliun yang meninggalkan PMA atau foreign direct investment (FDI) di angka Rp 19,63 triliun.
"Ini sejarah, 2020 kondisinya berbeda."
"Biasanya lima tahun terakhir PMA dominan."
"Tapi pada 2020 PMDN dominan, memberikan kontribusi lebih besar dari PMA," katanya.
Artinya, kata dia, kondisi ini menunjukkan bahwa investor dalam negeri merupakan benteng pertahanan untuk menggerakkan ekonomi selama pandemi Covid-19.
Berdasarkan sebarannya, realisasi PMDN paling banyak di Kabupaten Tegal, disusul Kota Semarang, Cilacap, Grobogan, dan Kudus.
Sedangkan untuk PMA, di Kabupaten Batang nomor satu, diikuti Jepara, Kota Semarang.
"Kecenderungan proyek cari daerah dengan infrastruktur yang sudah lebih memadai."
"Untuk PMA paling tertinggi yakni masih Jepang," terangnya.
Untuk sektor yang mendominasi PMA pada 2020 yakni energi (listrik, gas, dan air).
Sedangkan PMDN, di transportasi, gudang, dan telekomunikasi.
Ratna menuturkan capaian PMDN lebih besar saat pandemi karena dipengaruhi juga kebijakan luar negeri satu negara.
Seperti memberlakukan lockdown sehingga investasi tidak bisa terealisasi.
"Karena itu, investasi dalam negeri didorong untuk keberlangsungan," imbuhnya.
Jika dilihat dari sisi penyerapan sumber daya manusia, PMA biasanya menggunakan banyak tenaga kerja karena sistemnya padat karya.
Terbukti, meskipun nilai PMA kecil pada 2020, namun bisa menyerap tenaga kerja 98.445 orang.
Sedangkan PMDN di angka 70.854 orang. (Mamduh Adi)
• Bupati Karanganyar Kenang Jenderal TNI Purn Wismoyo Arismunandar: Dia Sosok Kharismatik dan Ramah
• Lagi, Acara Hajatan Dibubarkan Petugas Satpol PP Karanganyar, Yophy: Tidak Taat Aturan PPKM
• Diduga Depresi, Pria Asal Kebumen Ini Akhiri Hidupnya, Sengaja Tiduran di Rel Saat KA Melintas
• 2 Pintu Tol Yogya-Cilacap Bakal Dibangun di Kebumen, Masing-masing di Buluspesantren dan Buayan