Berita Purbalingga
Begini Cara Pengelola Museum di Purbalingga Atasi Penurunan Jumlah Pengunjung, Misal Bikin Workshop
Staf Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja Purbalingga, Anita Ika Cahyani mengatakan, awal-awal pandemi, museum sempat ditutup sekira tiga bulan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA - Pandemi Covid-19 bukan hanya memengaruhi kunjungan di objek wisata alam di Kabupaten Purbalingga.
Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja pun ikut menurun jumlah kunjungannya.
Staf Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja Purbalingga, Anita Ika Cahyani mengatakan, awal-awal pandemi, museum sempat ditutup selama sekira tiga bulan.
Baca juga: Malam Tahun Baru 2021 di Purbalingga: 2 Kafe Ditutup Paksa, Anak Punk Diantar ke Tujuan
Baca juga: Hasil Operasi Cipta Kondisi Polres Purbalingga, Miras Berbagai Merek dalam 3.629 Botol Dimusnahkan
Baca juga: Ditemukan Beberapa Wisatawan Reaktif Hasil Rapid Test di Purbalingga, Bupati: Kami Pulangkan
Baca juga: Prestasi Kabupaten Purbalingga Jelang Tutup Tahun, Berpredikan Sebagai Kabupaten Peduli HAM
Selama itu, otomatis museum tiada aktivitas kunjungan.
Museum kembali dibuka memasuki era adaptasi kebiasaan baru.
Pembukaan museum tidak serta merta membuat tempat itu ramai diserbu masyarakat.
Museum masih lengang dan jumlah pengunjung berkurang.
"Pengunjung menurun di masa pandemi," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (2/1/2021).
Kunjungan masyarakat ke tempat koleksi benda-benda bersejarah itu menurun sekira 50 persen dibanding sebelum masa pandemi.
Kunjungan dari kalangan pelajar bahkan nihil.
Pandemi memang memaksa pemerintah untuk menghentikan aktivitas pembelajaran di sekolah.
Ini untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.
Aktivitas pembelajaran dilaksanakan dari rumah atau jarak jauh.
Selama aktivitas pendidikan dialihkan dari rumah, kunjungan ke museum turut menurun.
Maklum, selain masyarakat umum, kalangan pelajar atau pendidik selama ini jadi langganan setia museum.
Mereka berkunjung ke museum sebagai medium pembelajaran.
Banyak koleksi museum yang relevan dengan mata pelajaran tertentu pada kurikulum sekolah.
"Biasanya rombongan siswa, anak-anak TK, SD, SMP," katanya.
Untuk menarik pengunjung, pihaknya selama ini sudah melakukan sejumlah inovasi.
Seperti pembukaan kelas museum atau workshop.
Pelatihan semisal cara membatik atau membuat gerabah pernah dilaksanakan di museum.
Cara ini ternyata cukup diminati masyarakat.
Tetapi saat pandemi, pihaknya membatasi jumlah peserta workshop tidak lebih dari 50 orang.
Ini dilakukan agar para peserta bisa leluasa menjaga jarak satu sama lain untuk menaati protokol kesehatan.
Selain itu, Anita mengatakan, selama pandemi, kunjungan masuk berkelompok per ruang pamer secara berbarengan dibatasi hanya 10 pengunjung.
"Masker wajib dan disediakan sarana cuci tangan dan hand sanitizer," katanya. (Khoirul Muzakki)
Baca juga: Viral Video Bullying Remaja Putri di Cilacap, Polisi: Katanya Karena Emosi Sesaat
Baca juga: Bikin Heboh, Pedagang Temukan Cabai Diolesi Cat Merah di Pasar Wage Purwokerto
Baca juga: Prostitusi Berkedok Panti Pijat Urat Syaraf di Banjarnegara, Polisi Tangkap Ibu Rumah Tangga
Baca juga: Pengecat Cabai di Banyumas Sudah Ditangkap, Pelaku Warga Temanggung, Berikut Penjelasan Lengkapnya