Berita Banyumas

Teror Semut di Pageraji Banyumas, Tim Entomologi Unsoed: Tidak Suka Gula dan Cenderung Agresif

Menurut warga sekitar semut-semut ini tidak membawa pulang makanannya ke sarang dan makanan tersebut langsung dimakan di tempat.

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI
Tim ahli dari Laboratorium Entomologi dan Parasitologi, Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto, Trisnowati Budi Ambarningrum dan Darsono memeriksa serta mengambil sampel semut yang menyerang di Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Selasa (17/11/2020). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Menurut tim dari Laboratorium Entomologi dan Parasitologi, Fakultas Biologi, Unsoed Purwokerto, semut yang ditemukan di Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, memiliki sifat cenderung karnivora.

Tim Entomologi Unsoed Purwokerto menyebut, masih perlu membawa sampel semut tersebut untuk memastikan dan mengetahui jenisnya. 

Baca juga: Teror Semut di Pageraji Banyumas, Ahli Entomologi Unsoed Purwokerto: Mungkin Habitatnya Terganggu

Baca juga: Laporan BPBD Banyumas: Enam Kecamatan Terdampak Longsor, Dua Warga Tewas Tertimbun

Baca juga: Warga Banyumas Ini Belum Kapok, TN Simpan Narkoba di Helm, Rekannya Kabur Saat Didekati Polisi

"Ini lain daripada semut yang biasanya ada."

"Semut ini sangat tertarik sekali justru dengan hewan lain yang masih hidup seperti belalang," ungkap anggota tim ahli, Darsono kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (17/11/2020).

Menurutnya, semut di Desa Pageraji ini tidak tertarik dengan gula.

"Saya beri gula, semut tersebut tidak mau."

"Setelah diberi belalang, langsung menggerumut."

"Ketertarikan pada serangga lain yang masih hidup, rupa-rupanya mungkin semut karnivora," jelasnya.

Menurut warga sekitar semut-semut ini tidak membawa pulang makanannya ke sarang dan makanan tersebut langsung dimakan di tempat.

"Harus dipelajari lebih lanjut terkait karakter semut untuk penanganan ke depannya," ungkapnya.

Darsono mengatakan, pada umumnya semut apabila makan selalu dibawa pulang ke sarang.

Jika makanan dibawa pulang ke sarang itu mudah dalam hal penanganannya.

Dimana umpan diberi perlakuan, ketika makanan dibawa pulang dan diberikan ke kerabatnya di sarang, maka akan ikut terkena.

"Kalau semut yang ini saya belum tahu."

"Karena kami beri pakan itu saja tidak mau," katanya.

Pihaknya akan mempelajari terlebih dahulu karakter semut ini, karena untuk pengendalian maka harus melihat karakter, bio ekologi, seperti halnya rayap.

Kepala Laboratorium Entomologi dan Parasitologi, Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto, Dr
Trisnowati Budi Ambarningrum mengatakan, semut di wilayah RT 03 RW 03 Desa Pageraji sudah banyak.

Bahkan di setiap pelepah batang pohon kelapa atau kulit pohon terlihat banyak anakan dari semut tersebut.

Ketika dibuka di masing-masing pelepah kelapa, di situ terlihat sekali ada anakan, ada telur dari semut itu.

Warga RT 03 RW 03 Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, menunjukan sekawanan semut yang menyerang perumahan warga, Senin (16/11/2020).
Warga RT 03 RW 03 Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, menunjukan sekawanan semut yang menyerang perumahan warga, Senin (16/11/2020). (TRIBUNBANYUMAS.COM/PERMATA PUTRA SEJATI)

Baca juga: Akibat Teror Semut di Pageraji Banyumas, Penderes Tak Berani Lagi Naik Pohon Kelapa

Baca juga: Pria Bertato Meninggal di Sungai Serayu, Ditemukan Warga Klampok Banjarnegara Saat Cari Rumput

Semut terlihat sangat agresif dan ini berkaitan dengan lingkungan sanitasi seperti terlihat banyak sekali tumpukan-tumpukan kayu yang diletakkan di dekat rumah.

Dalam hal penanganannya, seharusnya harus langsung ke sarang-sarang semut tersebut.

Dia menduga, saat ini sarang semut tersebut sudah membentuk sekitar ribuan koloni.

Menurut Trisnowati Budi Ambarningrum, yang harus ditangani adalah sarangnya.

Karena jika yang ditangani hanya yang terlihat, tidak akan memecahkan masalah.

"Yang ada di sini bukan hanya satu koloni, karena ketika populasinya sudah tinggi dia akan memisahkan diri dan membuat koloni baru."

"Dan di situ pasti ada ratu lagi," pungkasnya.  

Asal Muasal Teror Semut

Dalam berita yang sebelumnya telah ditayangkan di Tribunbanyumas.com, teror semut meresahkan warga di RT 03 RW 03 Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.

Diduga teror itu bersumber dari tempat penggergajian kayu.

Dari tempat itu, warga mendapati awal mula semut menyerang permukiman mereka.

"Berawal dari tempat gergaji kayu."

"Saya lihat, baris-baris nyeberangnya itu ke arah utara."

"Tetapi waktu itu saya tidak kepikiran akan sebanyak ini," ujar warga RT 03 RW 03 Desa Pageraji, Munjiat, kepada Tribunbanyumas.com, Senin (16/11/2020).

Menurutnya, lambat hari dan tahun selama tiga tahun lebih, semut-semut itu sudah mewabah satu RT.

Dampak keberadaan semut tersebut sudah sangat menganggu.

Bahkan, semut selalu menyerang ketika warga sedang beraktivitas.

"Saat kami tidur, kadang kejatuhan semut dan digigit."

"Mengganggu orang ibadah, ya pada gatal-gatal kegigit, orang masak, pada keganggu semua," imbuhnya.

Semut dalam jumlah banyak muncul di permukiman warga Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (15/11/2020).
Semut dalam jumlah banyak muncul di permukiman warga Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (15/11/2020). (KOMPAS.COM/DOK WARGA)

Baca juga: Teror Semut di Desa Pageraji Banyumas Diduga Bersumber dari Tempat Penggergajian Kayu

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Ruang Isolasi Rumah Sakit di Kabupaten Tegal Juga Sudah Over Kapasitas

Warga lalu berupaya melakukan penyemprotan secara mandiri menggunakan sabun dan bahan kimia untuk tanaman, hingga penyemprot nyamuk.

Namun, semut-semut tersebut masih terus muncul dan makin banyak.

Beberapa warga membasmi semut menggunakan disinfektan pembasmi nyamuk.

Sayangnya, harganya yang mahal membuat pemberantasan semut ini tidak tuntas.

Ada juga yang menggunakan bedak bayi untuk meminimalkan supaya tidak menyerang.

Karakter semut diakui warga sangat agresif dan menyerang, bahkan selain mengigit juga menyebabkan mata pedih.

Semut keluar saat musim penghujan seperti sekarang ini, dan aktif pada malam hari.

Dimana jumlahnya bisa mencapai 20 kali lipat dibanding saat siang hari.

Pemilik tempat penggergajian kayu tidak mengetahui jenis kayu apa yang membawa semut-semut tersebut.

Apalagi, tempat tersebut sempat dikontrakkan kepada orang lain.

"Kalau bertanya ke pemilik gergajian, jawabannya 'tidak tahu' karena waktu itu pernah dikontrak ke orang lain."

"Jadi, dia yang punya tidak tahu, sementara orang yang mengontrak sudah tidak disini," tambahnya.

Ketua RW 03, Desa Pageraji, Slamet Sunardi mengatakan, serangan semut tersebut terjadi di sebagian wilayah RT 03.

"Setidaknya, ada 30 rumah tempat semut-semut tersebut muncul."

"Bahkan semut yang ada di wilayahnya sudah merambat hingga Desa Langgongsari yang berbatasan dengan RW," jelasnya.

Pihak desa telah meminta bantuan dari Dinas Pertanian untuk mengecek jenis semut ini dan membasminya.

Bantuan juga datang dari BPBD Kabupaten Banyumas. (Permata Putra Sejati)

Baca juga: Koloni Semut Serbu Pemukiman di Pageraji Banyumas, BPBD dan Polisi Turun Tangan

Baca juga: IDI Kota Tegal: Kasus Terus Melonjak, Mungkin Masyarakat Salah Mengartikan New Normal

Baca juga: Riyan Ardiansyah Jadi Peternak Bebek, Kesibukan Bek Sayap PSIS Semarang Saat Ini

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved