Berita Jawa Tengah
Tradisi Ngangsu di Dusun Grenjeng Karanganyar Dikemas Jadi Destinasi Wisata Baru, Begini Jadinya
tradisi ngangsu atau mengambil air dari sumbernya dikemas menjadi destinasi wisata baru bernama Pasar Budaya Ngangsu di Karanganyar.
Penulis: Agus Iswadi | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, KARANGANYAR - Warga Dusun Grenjeng, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar mengemas tradisi ngangsu atau mengambil air dari sumbernya dijadikan destinasi wisata baru bernama Pasar Budaya Ngangsu.
Masyarakat Dusun Grenjeng akrab dengan tradisi ngangsu.
Pasalnya, di wilayah tersebut terdapat sumber mata air yang diberi nama Sumur Emas.
Baca juga: Lima Jam Sudah Diketahui Hasilnya, RSUD Karanganyar Siapkan Penerapan Rapid Swab Antigen
Baca juga: Satu Pegawai Puskesmas Colomadu I Hasilnya Belum Keluar, DKK Karanganyar: Masih Uji Laboratorium
Baca juga: Angka Usulan UMK Karanganyar 2021 Belum Finish, Apindo dan Serikat Buruh Masih Saling Ngotot
Baca juga: Satu Kali Dapat Rp 250 Ribu di Karanganyar, Insentif Petugas Pemulasaran Jenazah Sedang Diproses
Dari sumber mata air yang ada sejak zaman dahulu itulah warga sekitar mendapatkan air bersih untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari.
Bersama Kemendikbud, warga sekitar membuat kawasan di sekitar Sumur Emas itu menjadi pasar budaya yang dilengkapi dengan gubuk.
Di tempat itu menyediakan jajanan serta dolanan atau mainan anak kecil zaman dulu.
"Acara ini pasar budaya, pasar yang dikemas secara tradisional, mengangkat kegiatan zaman dulu."
"Dengan konsep ngangsu atau mengambil air dengan gerabah."
"Kami mengajak masyrakat dan anak muda untuk mengenal kembali kehidupan zaman dulu mengambil air dari sumbernya."
"Di sini kan identik dengan orang mengambil air dari mata air (Sumur Emas) itu sangat bagus sekali untuk edukasi."
"Kami kenalkan, supaya masyarakat tahu."
"Desa itu tidak jelek, desa itu punya potensi," kata Ketua Pengelola Sumur Emas dan Ketua Pasar Budaya, Haryadi (46) kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (14/11/2020).
Pasar budaya itu digelar selama tiga hari terhitung sejak Jumat (13/11/2020) hingga Minggu (15/11/2020) dan dibuka mulai pukul 09.00 sampai pukul 16.00.
Ada beberapa kesenian yang ditampilkan dalam acara tersebut seperti kirab budaya, tari, dan lain-lain.
Sesuai anjuran pemerintah, pengunjung pasar wajib menerapkan protokol kesehatan seperti jaga jarak, mengenakan masker, dan cuci tangan.
Panitia telah menyediakan fasilitas cuci tangan di beberapa titik.
Panitia juga akan menyemprotan carian hand sanitizer serta mengecek suhu tubuh para pengunjung sebelum memasuki kawasan pasar.
Di pasar budaya ini pengunjung dapat merasakan segarnya air dari Sumur Emas dan disuguhkan kesejukan udara di pedesaan.
Haryadi menyampaikan, selain mengenalkan kepada masyarakat tentang tradisi ngangsu.

Baca juga: Borobudur Marathon 2020, Pelari Kategori Virtual Challenge Bisa Pilih Panjang Rute
Baca juga: Satu Pegawai Puskesmas Colomadu I Hasilnya Belum Keluar, DKK Karanganyar: Masih Uji Laboratorium
Baca juga: Jumat Malam Logistik Pilkada Sudah Sampai, Langsung Disimpan di Gudang KPU Purbalingga
Di pasar budaya ini, juga tersedia zona dolanan atau permainan tradisional.
Anak-anak dapat bermain lompat tali, egrang, dakon, gobak sodor, mencari ikan di sungai dan lainnya.
Puas bermain dan jalan-jalan di pasar budaya, pengunjung dapat istirahat sembari mencicipi makanan tradisional.
Seperti tiwul, gendar pecel, apem, sawut dan minuman dawet, degan, serta jamu.
Pengunjung dapat menukarkan uang Rupiah dengan koin khusus untuk dapat melakukan transaksi.
Pengelola menyediakan koin dengan nominal dari Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000, dan Rp 10 ribu.
Laki-laki 46 tahun itu mengungkapkan, pasar budaya ini baru pertama kali diselenggarakan di Desa Dayu.
Ke depan, rencananya acara ini akan digelar setiap satu bulan sekali.
Selain mengangkat potensi yang ada di sini, lanjutnya, dengan adanya pasar budaya ini juga dapat menggerakan sektor ekonomi dari warga sekitar.
Pengunjung asal Nogosari Boyolali, Agus Mulyadi (41) mengatakan, mengetahui adanya pasar budaya ini dari rekannya.
Sehingga tertarik mengunjungi bersama rombongan keluarga.
Menurutnya, lokasi yang berada di pedesaan menjadikan tempat ini nyaman untuk bersantai bersama keluarga karena udaranya yang sejuk.
Dia juga sempat mencicipi kuliner seperti pecel, plencing, dan jamu.
"Adanya pasar budaya ini baik."
"Wisata untuk orang daerah itu ada, kalau seperti Yogyakarta kan jauh."
"Di sini ada kompilt, wisata, dan jajanan komplit. Enak dan murah," ucapnya.
Dia berharap, acara seperti ini dapat digelar baik itu satu bulan sekali atau satu tahun sekali. (Agus Iswadi)
Baca juga: Pelari Elite Race Wajib Tiga Kali Tes Swab, Protokol Kesehatan Ajang Borobudur Marathon 2020
Baca juga: Beberapa Guru Reaktif, Tiga SMP Negeri di Blora Terpaksa Batal Gelar KBM Tatap Muka
Baca juga: Motor yang Hendak Dicuri Dua Sejoli Ini Ternyata Milik Anggota Polres Tegal Kota
Baca juga: Mohamed Salah Positif Covid-19, Batal Perkuat Timnas Mesir Lawan Togo di Kualifikasi Piala Afrika