Berita Purbalingga

Awalnya Mau Dibuang Sayang, Mengintip Kisah Yuspita dan Gerakan Sedekah Sepatu di Purbalingga

Yuspita dan teman-temannya membagikan sepasang sepatu layak pakai itu kepada anak yatim atau piatu, baik di panti, pesantren, maupun di rumah warga.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA - Fashion menjadi bagian yang tak lepas dari penampilan dan gaya hidup manusia saat ini.

Banyak orang begitu mudah bergonta-ganti pakaian baru, sepatu, maupun aksesoris tubuh lainnya untuk mengikuti tren tertentu.

Alhasil, banyak barang lama, semisal sepatu, yang tak terpakai karena sudah ada ganti yang baru.

Padahal, sepatu itu masih layak pakai, namun hanya terpajang di rak.

Baca juga: Owabong Water Park Purbalingga Aman dan Sehat, Hasil Rapid Test Musim Libur Panjang

Baca juga: Masih Ada Pengendara Abai Protokol Kesehatan di Purbalingga, Tidak Gunakan Masker

Baca juga: 4 Hari di RS karena Positif Covid-19, Staf KPU Purbalingga Boleh Pulang dan Jalani Isolasi di Rumah

Baca juga: Polisi Berkostum Wayang Orang Hebohkan Pengunjung Pasar Segamas Purbalingga

Di lain sisi, banyak orang yang masih kesulitan memenuhi kebutuhan sandangnya.

Mereka adalah kaum duafa, hingga anak yatim atau piatu yang sulit membeli sepatu.

"Mau dibuang sayang, mau dikasih orang, dikasih ke siapa," kata Yuspita Anjar Palupi (37) warga Desa Babakan, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Selasa (3/11/2020).

Yuspita adalah penggagas Gerakan Sedekah Sepatu di Kabupaten Purbalingga.

Keresahan ini pula yang melanda Yuspita.

Dia memiliki sejumlah sepatu yang masih bagus, namun tidak terpakai.

Ia berpikir untuk menyedekahkan sepatu itu ke orang lain yang lebih membutuhkan.

Hingga Ita, panggilan akrabnya, mengumpulkan sepatu bekas keluarganya yang masih layak pakai.

Ia lantas menyuci beberapa pasang sepatunya di tempat jasa laundry.

Hingga sepatu-sepatu yang kotor itu kembali bersih, nyaris menyerupai baru.

Aksinya ini ternyata menuai respon positif dari teman-temannya.

Teman-temannya yang punya keresahan dan kepedulian sama akhirnya mengikuti jejaknya.

Jadilah, sedekah sepatu itu menjadi sebuah gerakan bersama ia dan teman-temannya.

"Waktu awal dicuci di laundry ongkosnya Rp 20 ribu per pasang."

"Awalnya saya handle sendiri," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (3/11/2020).

Penyaluran sepatu layak pakai kepada anak-anak yang membutuhkan dari pegiat Gerakan Sedekah Sepatu di Kabupaten Purbalingga, Selasa (3/11/2020).
Penyaluran sepatu layak pakai kepada anak-anak yang membutuhkan dari pegiat Gerakan Sedekah Sepatu di Kabupaten Purbalingga, Selasa (3/11/2020). (TRIBUN BANYUMAS/KHOIRUL MUZAKKI)

Baca juga: Berlaku Mulai Januari 2021, Upah Pekerja di Banjarnegara Minimal Wajib Rp 1.798.979

Baca juga: KABAR BAIK, Upah Minimun Jateng 2021 Naik 3,27 Persen, Ganjar: Banjarnegara Wajib Menyesuaikan

Baca juga: Operasi Zebra Candi Polres Banjarnegara, Prioritas Bersifat Edukasi dan Pencegahan

Ia dan teman-temannya membagikan sejumlah pasang sepatu layak pakai itu kepada anak yatim atau piatu, baik di panti, pesantren, maupun di rumah warga.

Rupanya banyak orang yang punya keresahan sama sepertinya.

Mereka memiliki sejumlah koleksi sepatu lama, namun kesulitan untuk mendonasikan kepada yang membutuhkan.

Melalui gerakan sedekah sepatu, Ita dan teman-temannya akhirnya memfasitasi mereka yang ingin mendonasikan sepatunya.

Gerakan itu pun memantik kepedulian banyak pihak.

Hingga kini, sejak ia memulai gerakan itu pada Juni 2020, kini telah terkumpul sekira 800 pasang sepatu layak pakai sumbangan masyarakat.

Ada pula yang menyumbang dalam bentuk uang.

Jika uang wujud bantuannya, ia akan membelanjakannya sepatu baru, atau sesuai keinginan donatur.

Mereka yang berdonasi bukan hanya dari Purbalingga atau sekitar, namun juga banyak dari luar kota semisal Jakarta, Semarang, hingga Jombang Jawa Timur.

"Kami ada laporan publiknya juga, terkait jumlah sumbangan sampai penyalurannya," katanya.

Setiap dua minggu sekali, ia dan teman-temannya rutin menyalurkan bantuan sepatu itu ke mereka yang membutuhkan.

Untuk sepatu baru, mereka biasa menyumbangkannya ke anak yatim atau piatu yang masih tinggal di rumah.

Sedangkan sepatu layak pakai yang telah dilaundry dan dikemas rapi didonasikan ke anak-anak yatim atau piatu di panti maupun pesantren.

Anak-anak pasti membutuhkan sepatu untuk sekolah.

Sedangkan mereka belum tentu bisa mengaksesnya atau membeli sepatu yang bagus.

Donasi sepatu itu bukan hanya menyasar anak-anak atau siswa sekolah.

Para aktivis ini juga membaginya ke orang-orang dewasa yang membutuhkan.

Sebab donasi sepatu dari masyarakat tak melulu sepatu untuk kalangan siswa, namun juga sepatu kantoran atau sepatu harian.

Mereka menyalurkannya juga ke orang dewasa yang membutuhkan, antara lain guru wiyata bakti bergaji rendah.

"Kan ada sepatu pantofel juga, kami kasihkan ke guru wiyata bakti," katanya. (Khoirul Muzakki)

Baca juga: Tiap Siswa Dapat Dua Masker, SMPN 6 Temanggung Mulai Simulasi KBM Tatap Muka, Ini Respon Mereka

Baca juga: BPBD Temanggung Pantau 195 Titik Rawan Longsor, Minta Warga Lapor Kejadian Lewat Aplikasi Sinotika

Baca juga: Sehari Dikunjungi 2.289 Wisatawan, Pendapatan Asli Daerah di PAI Kota Tegal Dapat Rp 7,7 Juta

Baca juga: Tidak Hanya Janda, Kosirin Juga Tipu Delapan Orang dengan Modus Berbeda di Tegal

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved