Berita Purbalingga
Awalnya Mau Dibuang Sayang, Mengintip Kisah Yuspita dan Gerakan Sedekah Sepatu di Purbalingga
Yuspita dan teman-temannya membagikan sepasang sepatu layak pakai itu kepada anak yatim atau piatu, baik di panti, pesantren, maupun di rumah warga.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
Untuk sepatu baru, mereka biasa menyumbangkannya ke anak yatim atau piatu yang masih tinggal di rumah.
Sedangkan sepatu layak pakai yang telah dilaundry dan dikemas rapi didonasikan ke anak-anak yatim atau piatu di panti maupun pesantren.
Anak-anak pasti membutuhkan sepatu untuk sekolah.
Sedangkan mereka belum tentu bisa mengaksesnya atau membeli sepatu yang bagus.
Donasi sepatu itu bukan hanya menyasar anak-anak atau siswa sekolah.
Para aktivis ini juga membaginya ke orang-orang dewasa yang membutuhkan.
Sebab donasi sepatu dari masyarakat tak melulu sepatu untuk kalangan siswa, namun juga sepatu kantoran atau sepatu harian.
Mereka menyalurkannya juga ke orang dewasa yang membutuhkan, antara lain guru wiyata bakti bergaji rendah.
"Kan ada sepatu pantofel juga, kami kasihkan ke guru wiyata bakti," katanya. (Khoirul Muzakki)
Baca juga: Tiap Siswa Dapat Dua Masker, SMPN 6 Temanggung Mulai Simulasi KBM Tatap Muka, Ini Respon Mereka
Baca juga: BPBD Temanggung Pantau 195 Titik Rawan Longsor, Minta Warga Lapor Kejadian Lewat Aplikasi Sinotika
Baca juga: Sehari Dikunjungi 2.289 Wisatawan, Pendapatan Asli Daerah di PAI Kota Tegal Dapat Rp 7,7 Juta
Baca juga: Tidak Hanya Janda, Kosirin Juga Tipu Delapan Orang dengan Modus Berbeda di Tegal