Berita Purbalingga
Awalnya Mau Dibuang Sayang, Mengintip Kisah Yuspita dan Gerakan Sedekah Sepatu di Purbalingga
Yuspita dan teman-temannya membagikan sepasang sepatu layak pakai itu kepada anak yatim atau piatu, baik di panti, pesantren, maupun di rumah warga.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
Teman-temannya yang punya keresahan dan kepedulian sama akhirnya mengikuti jejaknya.
Jadilah, sedekah sepatu itu menjadi sebuah gerakan bersama ia dan teman-temannya.
"Waktu awal dicuci di laundry ongkosnya Rp 20 ribu per pasang."
"Awalnya saya handle sendiri," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (3/11/2020).

Baca juga: Berlaku Mulai Januari 2021, Upah Pekerja di Banjarnegara Minimal Wajib Rp 1.798.979
Baca juga: KABAR BAIK, Upah Minimun Jateng 2021 Naik 3,27 Persen, Ganjar: Banjarnegara Wajib Menyesuaikan
Baca juga: Operasi Zebra Candi Polres Banjarnegara, Prioritas Bersifat Edukasi dan Pencegahan
Ia dan teman-temannya membagikan sejumlah pasang sepatu layak pakai itu kepada anak yatim atau piatu, baik di panti, pesantren, maupun di rumah warga.
Rupanya banyak orang yang punya keresahan sama sepertinya.
Mereka memiliki sejumlah koleksi sepatu lama, namun kesulitan untuk mendonasikan kepada yang membutuhkan.
Melalui gerakan sedekah sepatu, Ita dan teman-temannya akhirnya memfasitasi mereka yang ingin mendonasikan sepatunya.
Gerakan itu pun memantik kepedulian banyak pihak.
Hingga kini, sejak ia memulai gerakan itu pada Juni 2020, kini telah terkumpul sekira 800 pasang sepatu layak pakai sumbangan masyarakat.
Ada pula yang menyumbang dalam bentuk uang.
Jika uang wujud bantuannya, ia akan membelanjakannya sepatu baru, atau sesuai keinginan donatur.
Mereka yang berdonasi bukan hanya dari Purbalingga atau sekitar, namun juga banyak dari luar kota semisal Jakarta, Semarang, hingga Jombang Jawa Timur.
"Kami ada laporan publiknya juga, terkait jumlah sumbangan sampai penyalurannya," katanya.
Setiap dua minggu sekali, ia dan teman-temannya rutin menyalurkan bantuan sepatu itu ke mereka yang membutuhkan.