Berita Jawa Tengah
Masjid Pancasila Kebumen Jadi Simbol Pemersatu Umat, Berikut Ini Sejarah Berdirinya
Keberadaan Masjid Pancasila di Desa Tunjungseto, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen ini mengajarkan arti penting persatuan itu.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, KEBUMEN - Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober menjadi momentum refleksi bagi bangsa Indonesia untuk memperkokoh persatuan.
Ideologi Pancasila terbukti mampu menyatukan seluruh perbedaan di negeri ini, baik suku, agama, ras, dan antar golongan dalam bingkai NKRI, hingga sekarang.
Meski di sisi lain, falsafah kebangsaan itu perlu terus dirawat dan diperkuat keberadaannya karena ancaman perpecahan tidak pernah hilang.
• Indahnya Keberagaman, Ketika Warga Katolik Kebumen Suplai Sayuran Buat Santri Ponpes
• Tak Cuma Razia Masker, Polres Kebumen Juga Cek Isi Dompet Pengendara, Kalau Kosong Diberi Uang
• Klaster Ziarah di Banyumas, Kades Cikembulan: Itu Agenda Rutin Tahunan Warga, Rombongan ke Kebumen
• Jateng Makin Waspadai Klaster Ponpes, Dinkes: Paling Masif di Banyumas dan Kebumen
Potensi perpecahan bukan hanya bisa terjadi pada antar suku atau umat dengan agama berbeda.
Dalam satu agama pun, perbedaan pemikiran atau ajaran bisa melahirkan perpecahan.
Keberadaan sebuah masjid di Desa Tunjungseto, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen ini mengajarkan arti penting persatuan itu.
Sekilas, dari kejauhan, bangunan di sisi jalan raya itu tidak tampak seperti masjid pada umumnya.
Tidak terlihat adanya kubah bulat yang merupakan khas bangunan masjid di dunia.
Tidak terlihat papan nama masjid dengan huruf Arab seperti umumnya masjid atau musala.
Yang terlihat justru plang bertuliskan Masjid Pancasila dengan huruf latin.
"Masjid Pancasila dibangun setelah masjid yang dahulu hancur karena bencana," kata Kades Tunjungseto, Yusiman kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (1/10/2020).
Bukan namanya saja menarik, bangunan masjid pun cukup unik.
Bangunan masjid berbentuk persegi lima.
Jumlah saka atau tiang utama masjid pun berjumlah lima.
Bentuk bangunan dan jumlah saka masjid itu seolah menggambarkan lima sila Pancasila.
Di luar nama dan bangunannya yang unik, Masjid Pancasila ternyata memiliki arti penting bagi masyarakat setempat.
Karena itu, sejak didirikan sekira 1967 lalu, masjid itu dibiarkan utuh.
Kecuali cat yang diperbarui dan perbaikan ringan lainnya.
Sebelum berdiri Masjid Pancasila, di lahan sama, berdiri masjid lama yang hancur karena bencana, di era pemerintahan Presiden Soeharto, pada 1967.
Bendungan Waduk Sempor saat itu jebol hingga banjir meluluhlantakkan desa-desa di sekitarnya.
Ratusan penduduk nyawanya terenggut akibat bencana itu.
Sebuah masjid yang terletak di sisi selatan atau bawah bendungan pun ikut hancur karenanya.

• Dinkes Cilacap: Istri Almarhum dan Petugas yang Mandikan Jenazah Juga Terpapar Covid-19
• Pelajar SMP Bikin Selebaran Palsu, Kehadiran KA Nusa Ekspres Relasi Cilacap-Tegal Dipastikan Hoaks
• DPO Kasus Penipuan Jual Beli Emas Tertangkap di Cilacap, Kajari Purwokerto: Sudah Inkrah Sejak 2012
"Masjid Pancasila dibangun untuk pengganti masjid lama yang hancur," katanya.
Setelah tragedi berlalu, pemerintah mendirikan masjid baru di bekas lahan masjid lama yang hancur.
Tetapi masjid yang dibangun di era kepemimpinan Presiden Soeharto itu didesain tak biasa.
Masjid dibangun dengan simbol-simbol persatuan.
Bangunan dibuat dengan bentuk persegi lima.
Tiang utama pun dibuat berjumlah lima.
Tempat ibadah yang diserahkan ke masyarakat desa oleh pemerintah itu kemudian dinamai Masjid Pancasila.
Yusiman mengatakan, Masjid Pancasila didirikan dengan makna dan tujuan mulia.
Sesuai namanya, masjid itu adalah simbol pemersatu umat.
Masjid Pancasila menegaskan pentingnya persatuan umat, khususnya umat Islam.
Tak dipungkiri, dalam tubuh umat Islam sendiri, lahir banyak kelompok aliran maupun organisasi keagamaan.
Tempat ibadah pun terkadang diidentikkan milik atau hanya diperuntukkan bagi kelompok aliran atau organisasi keagamaan tertentu.
Padahal, perbedaan pemikiran atau ajaran ini mestinya jangan sampai melahirkan perpecahan yang bisa membahayakan keutuhan bangsa.
"Ini masjid bukan untuk golongan tertentu saja."
"Semua umat Islam dari kelompok manapun boleh berjamaah di sini, bebas," katanya. (Khoirul Muzakki)
• Bupati Semarang Mundjirin Dipecat Sebagai Kader PDIP, Termasuk Anaknya Bina Munawa Hatta
• Tak Cuma Janda Bolong yang Ngetren, Dua Tanaman Hias Ini Juga Lagi Diburu Masyarakat Kota Tegal
• Moeldoko Sebut Ada Pihak Masih Cari Keuntungan, Pasien Meninggal Dikategorikan Karena Covid-19
• Bawaslu Kabupaten Semarang: Ratusan APK Paslon Langgar Aturan Kampanye Pilkada