Berita Ekonomi Bisnis
Harga Kubis Makin Anjlok di Banjarnegara, Paling Mahal Cuma Rp 700 Tiap Kilogram
Di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara, harga kubis di tingkat petani terjun bebas sampai Rp 500 sampai Rp 700 per kilogram.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Petani di Kabupaten Banjarnegara mengeluhkan harga kubis yang jatuh di musim panen kali ini.
Di Kecamatan Wanayasa misalnya, harga kubis di tingkat petani terjun bebas sampai Rp 500 sampai Rp 700 per kilogram.
Dengan harga segitu, alih-alih untung, petani menelan kerugian besar.
• Kopi Kapulaga Hadir di Banjarnegara, Cita Rasa Rempahnya Bikin Tubuh Lebih Bugar
• Sekda Tunjuk Empat OPD, Pilot Project Tertib Administrasi Kepegawaian dan Keuangan di Banjarnegara
• Komentar Balasan Warganet Terbukti, Warga Purwokerto Pengunggah Video Tak Percaya Corona Ditangkap
• Ini Modus Baru Distribusikan Narkoba Selama Masa Pandemi di Jateng
Padahal, menurut Juanto, petani asal Desa Wanayasa, Kecamatan Wanayasa, dalam kondisi normal.
Harga kubis bisa mencapai Rp 5 ribu.
Petani seperti Juanto kini hanya bisa pasrah menerima kenyataan.
Petani selama ini memang tidak memiliki posisi tawar untuk menentukan harga.
Mereka pun tak tahu pasti menyebab harga kubis turun di level terendah.
"Rp 500 hingga Rp 700 perkilogram itu untuk kubis yang bagus."
"Kalau daunnya tidak bagus, tidak dibeli," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (14/8/2020).
Juanto mengatakan, dari 5 ribu bibit di lahannya, hanya menghasilkan omset sebesar Rp 800 ribu saat panen.
Jelas ia merugi dengan pendapatan sebesar itu.
Bahkan hasil itu belum bisa mengembalikan modal usahanya sekira Rp 2,5 juta.
Bukan kali ini saja memang harga kubis jatuh hingga Rp 500 perkilogram.
Tetapi biasanya kondisi itu tidak berlangsung lama.
Harga kubis setelahnya berangsur naik hingga stabil.
Makanya ia menyebut panen kali ini paling parah kondisinya.
Bagaimana tidak, sejak pandemi Covid-19, sekira Juni 2020, harga kubis jatuh di kisaran angka Rp 500 sampai Rp 700 perkilogram.
Harga itu tidak berubah hingga beberapa bulan kemudian atau sampai sekarang.
"Harganya anjlok terlalu lama sejak wabah virus corona," katanya.
Seusai panen pada Juni 2020, dengan harga kisaran tak sampai 1.000 perkilogram, petani menanami lahannya dengan bibit kubis kembali.
Harapannya, masa panen selanjutnya harga kubis naik sehingga petani bisa mengembalikan modal bahkan untung.
Ternyata, jauh panggang dari api.
Di musim panen berikutnya, atau Agustus 2020 saat ini, harga kubis masih hancur.
Kerugian petani pun semakin dalam.
Kini, Juanto bingung apakah akan menanami lahannya dengan bibit kubis lagi atau menggantinya dengan bibit lain.
Dia khawatir, musim panen mendatang harga kubis kembali jatuh seiring pandemi yang belum berakhir.
"Petani bingung. Ada yang merantau ke Jakarta."
"Karena modalnya kan sebagian dari utang," katanya. (Khoirul Muzakki)
• Dragan Djukanovic: Program Latihan Ditentukan Seusai Rapat Virtual Tim PSIS Semarang
• Terbanyak di Purbalingga, ASN Tidak Netral dalam Pilkada Serentak, Rekap Sementara Bawaslu Jateng
• BPBD Sudah Siapkan Tim Reaksi Cepat Hadapi Musim Kemarau, Ini Tugas Mereka di Kabupaten Semarang
• Jepara Masih Jadi Episentrum Narkoba di Jawa Tengah, BNNP: Hasil Penindakan di Tiga Tempat