Berita Regional
Ratusan Babi Ternak Mati Mendadak, Kementan Utus Tim ke Kabupaten Sikka, Terliti Flu Babi
Ratusan Babi Ternak Mati Mendadak, Kementan Utus Tim ke Kabupaten Sikka, Terliti Flu Babi
TRIBUNBANYUMAS.COM - Ratusan babi ternak di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), mati mendadak dalam beberapa waktu terkahir, diduga karena terinfeksi virus flu babi.
Karena itu, tim dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kehewana Kementerian Pertanian menyambangi kabupaten tersebut, Senin (12/7/2020).
Tim dari Kementerian Pertanian itu turun untuk mengecek langsung kondisi ratusan babi yang mati mendadak terserang flu afrika.
• Wabah Covid-19 Belum Selesai, Peneliti China Temukan Flu Babi Jenis Baru, Bisa Meluas Jadi Pandemi
• 7 Pasien Meninggal, Jangan Lupakan DBD di Banyumas, hingga Kini Total Ada 277 Kasus
• Indonesia Masuk 10 Besar Kasus Covid-19 Tertinggi di Asia, China Nomor Berapa? Berikut Daftarnya
• ABK Indonesia Disiksa hingga Tewas di Kapal China, Hasan Terus Dipukuli dan Tak Diberi Makan 3 Hari
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Mauritz Da Cuncha, menuturkan, tim dari kementerian sudah mengambil sampel darah babi yang sehat dan terkena virus.
"Sampel darah itu diambil dan dibawa ke laboratorium untuk mengecek kepastian flu babi afrika," kata Maurits, kepada Kompas.com, melalui sambungan telepon, Senin malam.
"Sampel darah itu juga diambil agar bisa meramu vaksin penangkal flu babi afrika," sambung Maurits.
Maurits mengimbau, kepada seluruh peternak agar lebih hati-hati memberi makan babi.
Dan juga wajib membersihkan kandang agar membersihkan virus.
Saat ini, kata dia, pemerintah memperketat masuknya daging beku dan babi hidup yang masuk ke Sikka.
Diberitakan sebelumnya, ratusan ekor babi di Kabupaten Sikka, NTT, mati diserang flu babi afrika atau african swine fever (ASF).
Petugas kehewanan Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Elvrida Carvalo, menjelaskan, dari Januari hingga Juni, tercatat 266 babi di daerah itu mati terserang virus ASF.
Elvrida mengatakan, ratusan babi mati karena terserang virus tersebut baru ada di Flores, Sikka khususnya.
China temukan flu babi baru
Terpisah, para peneliti di China melaporkan adanya temuan flu babi jenis baru.
Flu babi jenis baru yang diberi nama G4 ini juga berpotensi meluas hingga jadi pandemi.
Penemuan itu diungkap oleh sebuah penelitian yang diterbitkan PNAS, jurnal sains di Amerika Serikat (AS), pada Senin (29/6/2020).
Dilansir dari AFP, virus yang dinamai G4 ini secara genetik adalah turunan dari strain H1N1 yang menyebabkan pandemi pada 2009.
Virus ini memiliki "semua syarat penting untuk bermutasi dan menginfeksi manusia," kata para penulis yang terdiri dari ilmuwan di sejumlah universitas China serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Dari 2011-2018, para peneliti dari China Agricultural University (CAU) mengambil 30.000 tes swab hidung dari babi-babi di rumah jagal 10 provinsi China, termasuk di rumah sakit hewan.
Tes massal itu berhasil mengumpulkan 179 jenis flu babi.
Mayoritas adalah jenis baru yang sudah dominan berada di babi-babi sejak 2016.
Para peneliti kemudian melakukan berbagai percobaan termasuk pada ferret, sejenis musang yang banyak digunakan dalam studi flu.
Ferret dipakai lantaran memiliki gejala flu yang mirip manusisa, seperti demam, batuk, dan bersin.
AFP mewartakan, virus G4 sangat menular, bereplikasi dalam sel manusia, dan menyebabkan gejala yang lebih serius pada ferret dibandingkan virus-virus lainnya.
Hasil tes juga menunjukkan kekebalan yang didapat manusia dari paparan flu musiman, tidak memberikan kekebalan terhadap G4.
Menurut hasil tes antibodi, sebanyak 10,4 persen pekerja di industri babi sudah terinfeksi.
Hasil tes pun menunjukkan 4,4 persen populasi umum tampaknya juga telah terpapar.
Dengan demikian, virus telah berpindah dari hewan ke manusia, tetapi belum ada bukti virus itu dapat menular antarmanusia.
"Itu kekhawatiran kami bahwa infeksi virus G4 akan beradaptasi di manusia dan meningkatkan risiko pandemi pada manusia," tulis para peneliti sebagaimana dikutip AFP.
Para penulis pun menyerukan upaya-upaya mendesak untuk memantau orang-orang yang bekerja dengan babi.
"Ini pengingat yang baik bahwa kita terus-terusan menghadapi risiko munculnya patogen zoonosis baru dan bahwa hewan ternak, yang berkontak lebih dekat dengan manusia daripada satwa liar, juga bisa menjadi sumber virus pandemi," terang James Wood, kepala departemen kedokteran hewan di Universitas Cambridge, dikutip dari AFP.
Infeksi zoonosis disebabkan oleh patogen yang melompat dari hewan ke manusia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kementerian Pertanian Utus Tim Cek Ratusan Babi di Sikka Mati Mendadak
• Adik Ipar Ganjar Tantang Petahana dalam Pilbup Purbalingga, PKB Berikan Rekomenadsi Paslon Oji-Jeni
• Presiden Jokowi Hapus 18 Lembaga Tidak Produktif dalam Waktu Dekat, Apa Saja Daftarnya?
• Dua Pria Berseragam TNI Ratusan Kali Merampok, Berakhir di Bandung setelah Kaki Ditembak Polisi
• Masih Nekat Tarik Pungutan ke Wali Murid, Bupati Banyumas: Si Kepala Sekolah Bakal Kami Copot