Berita Banyumas

Kisah Mbah Tarso Hidup di Gubuk Karung di Purwokerto dan Tidak Tersentuh Bantuan Pemerintah

Gubuk berukuran 2x3 dengan tinggi hanya satu meter yang terbuat dari karung dan plastik menjadi istana bagi Mbah Tarso (70) dan istrinya Sugiani (31).

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Rival Almanaf
Tribunbanyumas.com/ Permata Putra Sejati
Mbah Tarso bersama istrinya Sugiani saat berada di gubuknya di RT 7 RW 6, Kelurahan Kedungwuluh, Kecamatan Purwokerto Barat, Kamis (9/7/2020). 

Jika ada tangkapan lebih, belut dijual kepada orang yang mau.

"Kadang juga mancing lele dapat 5 kilogram dijual 1 kilogram Rp 15 ribu."

"Ya cukup untuk makan satu Minggu."

"Terus cari lagi belum satu Minggu sudah dapat lagi buat nyambung."

"Lebih sedikit sedikit saya tabung," katanya.

Mbah Tarso mengaku selain mencari belut dan lele, dirinya pernah menjadi pemburu ular kobra.

Dia pernah mendapat 80 ular kemudian dia jual ke daerah Cilacap.

Karena hanya gubug terbuat dari karung, saat malam hawa dingin merasuk.

Jika hujan turun begitu deras, pastilah selalu kebanjiran.

Tidak ada listrik, penerangan hanya menggunakan sebatang lilin untuk satu malam.

"Pakai lilin saja satu batang untuk satu malam, dingin kalau malam," ungkapnya.

Cerita Mbah Tarso bisa  menempati tanah milik warga Ledug, Kecamatan kembaran, Banyumas ini bermula seusai dirinya membersihkan rumput-rumput si pemilik tanah.

Karena tidak mau dibayar, dan kebingungan tidak memiliki tempat tinggal, akhirnya Mbah Tarso diijinkan untuk menempati tanah tersebut, namun dengan syarat tidak dibangun permanen.

Mbah Tarso bercerita jika dulu dia punya rumah sendiri.

Namun sekarang tidak punya karena dibagi-bagi (warisan) dan akhirnya habis.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved