Wabah Virus Corona

Simak Daftar Faktor yang Menyebabkan Risiko Kematian Penderita Corona Jadi Lebih Besar

Angka kematian akibat corona melambung tinggi dibandingkan tingkat kesembuhan covid-19 di Indonesia.

Editor: Rival Almanaf
Istimewa
Warga Wuhan berjatuhan di Jalan Diduga terjangkit virus Corona 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Angka kematian akibat corona melambung tinggi dibandingkan tingkat kesembuhan covid-19 di Indonesia.

Hingga Jumat (27/3/2020) sore, jumlah terinfeksi virus corona baru SARS-CoV-2 di Indonesia adalah 1.155 kasus.

Dari angka tersebut,  59 sembuh, dan 102 di antaranya meninggal dunia.

Dari angka ini, kita bisa melihat bahwa angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia sangat banyak.

Beberapa orang mungkin juga heran, kenapa pasien Covid-19 yang meninggal di Indonesia jauh lebih banyak dibanding yang sembuh.

Sebenarnya apa saja yang bisa menyebabkan pasien Covid-19 meninggal dunia?

Dijelaskan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dalam konferensi pers daring #FKUIPeduliCovid19 pada Jumat (27/3/2020), ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang meninggal karena Covid-19.

Pemerintah Pastikan Ketersediaan Pangan Mencukupi Selama Masa Tanggap Darurat Virus Corona

Cium dan Raba Mertuanya, Oknum Polisi Gresik Dilaporkan Istri yang Berusia 25 Tahun ke Propam

Pertama di Indonesia, Seluruh Pasien Corona di Kota Malang Sembuh dari Covid-19

Dokter dan Paramedis yang Rawat Pasien Virus Corona Wajib Kenakan APD: Tak Pakai, Jangan Tangani

Faktor penyebab kematian

1. Faktor umur

Dalam laporan yang terbit di jurnal Lancet edisi 9 Maret 2020, disebutkan bahwa faktor umur sangat memengaruhi tubuh dalam melawan corona.

"Berdasarkan kepustakaan yang ada dan dari jurnal Lancet, umur menjadi faktor penting (terkait kematian akibat Covid-19)."

"Semakin tinggi usia, maka semakin berisiko pada kematian," kata Ari.

2. Skor SOFA

Sepsis adalah gangguan fungsi organ akibat infeksi yang dapat menyebabkan kematian.

Gangguan fungsi organ tersebut dapat dinilai menggunakan kriteria yang sudah disepakati yaitu skor Sequential (Sepsis-Related) Organ Failure Assesment (SOFA), yang melibatkan sistem respirasi, pembekuan darah, kardiovaskular, sistem saraf, fungsi hati, dan fungsi ginjal.

Mudahnya, ketika pasien datang ke rumah sakit, dokter dapat melakukan prognosis atau prediksi mengenai perkembangan suatu penyakit setelah melihat tekanan oksigen di dalam tubuh, jumlah trombosit, fungsi hati, tekanan darah, tingkat kesadaran, dan fungsi ginjal.

"Prognosis agak berat itu ketika diperiksa jumlah trombosit sudah mulai turun, ini kita sudah bisa bilang sepsis," ujar Ari.

"Kemudian fungsi hati meningkat mungkin sampai 200-300, tekanan darah turun karena dia memang syok, kesadarannya sudah mulai sulit diajak bicara misalnya, dan fungsi ginjal turun," imbuhnya.

"Dikatakan berisiko berat bila skor itu semua lebih dari 10."

3. D-dimer > 1 mcg/mL

D-dimer atau fragmen D-dimer (bahasa Inggris: fibrin degradation fragment) adalah suatu jenis uji sampel darah di laboratorium yang bertujuan untuk membantu melakukan diagnosis penyakit dan kondisi yang menyebabkan hiperkoagulabilitas: suatu kecenderungan darah untuk membeku melebihi ukuran normal.

"Ini adalah faktor prognosis (prediksi mengenai perkembangan suatu penyakit, red) yang bisa didapatkan ketika pasien datang," ujar Ari.

4. Pasien datang terlambat.

"Jadi pasien-pasien ini datang terlambat, seperti kita tahu rumah sait rujukan sudah penuh, di sisi lain mungkin ada rumah sakit dengan fasilitas terbatas, sehingga harus dikirim ke rumah sakit lain."

"Jadi hal-hal ini yang membuat pasien datang terlambat (ke rumah sakit)," ungkap Ari.

Saat pasien datang terlambat dan pemeriksaan juga terlambat dilakukan, bisa saja kemudian sudah muncul komplikasi penyakit lain.

"Sebagai contoh, mungkin saja pasien memiliki komplikasi gangguan ginjal, gangguan liver, atau mungkin trombositnya sudah turun pada saat datang ke IGD," jelas Ari.

Kisah Nenek Penjual Udang di Pasar Seafood Wuhan, Diyakini sebagai Pasien Nol Virus Corona

Pasien Corona di Purbalingga Sempat Pulang Dijenguk Warga, Seketika Satu Dusun Lockdown

Gunung Merapi Kembali Erupsi Sabtu 28 Maret Malam, Tinggi Kolom Sampai 3 Ribu Meter

Corona Meningkat Pemudik Purbalingga Harus Pakai Gelang Khusus, Jika Tidak Denda Rp 500 Ribu Menanti

5. Penyakit penyerta

Beberapa penyakit penyerta yang bisa berpengaruh pada kondisi kesehatan pasien Covid-19 adalah kencing manis, penyakit paru kronis yang menyebabkan kelainan pada paru, dan jantung.

Jika seseorang sudah memiliki penyakit paru, itu artinya organ paru sudah tidak dapat berfungsi dengan baik.

"Orang-orang ini (dengan penyakit penyerta) juga berisiko tinggi pada kematian bila terjadi infeksi (Covid-19)," ujarnya.

Oleh karena itu Ari mengingatkan bagi para orang tua di atas usia 60 tahun untuk berdiam diri di rumah.

"Karena apa? Karena mereka inilah yang paling berisiko, jika terinfeksi bisa berujung pada kematian," tegasnya.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Angka Kematian Akibat Virus Corona di Indonesia Tinggi, Apa Sebabnya?", 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved