Wabah Virus Corona
Beberapa Hal yang Harus Kamu Ketahui Terkait Infeksi Corona Tanpa Gejala
Beragam penelitian telah dilakukan oleh para ilmuwan di dunia untuk menggali semua informasi tentang virus corona.
TRIBUNBANYUMAS.COM - Beragam penelitian telah dilakukan oleh para ilmuwan di dunia untuk menggali semua informasi tentang virus corona.
Objek kajiannya pun beragam, dari sumber, sifat, cara penyebaran, gejala, hingga vaksin virus corona jenis baru penyebab Covid-19.
Per Rabu (25/3/2020) malam, sebanyak 438.749 orang terinfeksi di lebih dari 180 negara dengan angka kematian sebesar 19.675 kasus.
Salah satu faktor yang memengaruhi kecepatan penyebaran virus ini adalah banyaknya pasien yang tak menunjukkan gejala, sehingga mereka tak sadar jika telah membawa virus corona.
• Sempat Dipulangkan, Suspect Corona di Wonogiri Kembali Dimasukan ke RS Setelah Hasil Swab Keluar
• Update Penyebaran Virus Corona di Semarang Kamis 26 Maret Pasien Positif Covid-19 Capai 14 Orang.
• Persib Rencanakan Uji Coba Lawan PSCS Kalau Wabah Virus Corona Sudah Mereda
• Viral Surat Gubernur DKI Larang Hubungan Suami Istri untuk Mencegah Corona, Begini Konfirmasinya
Berikut sejumlah hal yang perlu diketahui soal infeksi virus corona tanpa gejala:
Risiko transmisi
Sejauh ini, infeksi virus corona tanpa gejala telah ditemukan di banyak negara.
Terbaru, sejumlah atlet dunia yang dinyatakan positif Covid-19 mengakui hal itu.
Para ahli masih mencoba untuk mencari tahu sejauh mana orang-orang yang terinfeksi dalam kategori ini berkontribusi dalam penyebaran virus.
Pada Minggu (22/3/2020), SCMP melaporkan, sepertiga dari pasien positif virus corona di China baru menunjukkan gejala setelah dikonfirmasi positif.
Sebelumnya, mereka tidak merasakan gejala sama sekali.
Kasus asimptomik atau tanpa gejala ditemukan di antara orang-orang yang telah melakukan kontak dekat dengan pasien positif, klaster, dan melalui pelacakan kontak.
Beberapa ahli memperingatkan bahwa pasien tanpa gejala dapat membuat rute transmisi baru setelah penguncian diredakan.
"Ini memprihatinkan, mengingat banyak negara belum menerapkan tingkat pengujian komunitas yang cukup luas," kata Adam Kamradt-Scott, seorang spesialis kesehatan masyarakat di University of Sydney, dilansir dari Reuters.
Tak menunjukkan gejala selama perawatan