Teror Virus Corona
Kehabisan APD Hazmat, Pemkot Tasikmalaya Gunakan Jas Hujan untuk Tangani Pasien Suspect Corona
Alat Pelindung Diri (APD) Hazmat untuk perawat pasien corona di daerah jumlahnya masih sedikit, untuk mengakalinya pemda menggunakan jas hujan
TRIBUNBANYUMAS.COM, TASIKMALAYA - Alat Pelindung Diri (APD) Hazmat untuk perawat pasien corona di daerah jumlahnya masih sedikit. Oleh karena itu pemerintah Kota Tasikmalaya mengakalinya dengan menggunakan jas hujan.
Pemerintah Kota Tasikmalaya memborong 100 jas hujan plastik untuk stok tim medis penanganan Covid-19 akibat virus corona.
Beda dengan tenaga medis di luar negeri yang menggunakan APD Hazmat untuk menangani pasien Corona.
Jas hujan plastik seharga Rp 10.000 dipakai untuk alat pelindung diri (APD) tim yang mengantar pasien rujukan.
• Viral di Twitter Orang Tua antar Tas Anak Sekolah yang Tertinggal Menggunakan Helikopter
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Hujan Deras di Kebumen, Pencari Rumput Tewas Tersambar Petir
Penggunaan jas hujan dan sepatu bot oleh tim medis terlihat saat petugas RSUD Soekardjo memindahkan tiga pasien terduga suspect corona ke dalam ambulans.
Pasien tersebut akan dirujuk ke RSU Gunung Jati untuk ditangani pada Sabtu (7/3/2020).
"Ya, kemarin memang itu yang dipakai petugas kita jas hujan biasa. Itu dipakai untuk mengantarkan orang dalam pemantauan (ODP) yang dikirim ke Cirebon."
"Kita borong jas hujan plastik di toko yang harganya Rp 10.000 per buah. Kita beli kemarin satu juta untuk 100 jas hujan plastik itu," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat kepada wartawan, Rabu (11/3/2020).
Ia mengatakan secara SOP medis, pemakaian jas hujan untuk APD tidak diperbolehkan.
• Pasien Positif Corona yang Meninggal Itu Dirawat di RSUP Sanglah Bali. Begini Respon Sekda Bali
• Pembeli Rumah Baru Ini Harus Bongkar Kembali Rumahnya Karena Bawah Lantai Jadi Sarang Ular Berbisa
Namun mereka terpaksa karena persediaan APD terbatas dan diprioritaskan jika ada pasien dalam perawatan (PDP).
"Karena kan APD sekali pakai, kegiatan kita terbatas, jadi beli jas hujan kemarin. Tapi, memang kalau secara SOP medis pemakaian jas hujan memang tak boleh," ujarnya.
Selain jas hujan plastik, tim medis juga memakai sepatu bot yang biasa digunakan di kebun.
"Yang pasti APD itu akan dipakai jika ada PDP. Alhamdulillah, hingga hari ini di kita tak ada PDP. Awalnya ada 9 ODP, tapi sekarang yang tersisa hanya 7 ODP di Kota Tasikmalaya," jelasnya.
• Pemilih Perantau Jadi Persoalan Rutin Tiap Pilkada di Purbalingga, KPU: Pengaruhi Angka Partisipasi
• Sidang Pembunuhan Satu Keluarga di Banyumas, Sania Dituntut 1,5 Penjara, Terlibat Jual Motor Korban
Hanya ada 10 APD di seluruh RS di Tasikmalaya
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat menjelaskan pihaknya telah mendapatkan 10 buah APD dari Dinas Ksehatan Provinsi Jawa Barat.
Namun 10 APD tersebut tersebar di beberapa rumah sakit di Tasikmalaya.
"Saat kemarin memang APD habis. Saat ini ada tapi minim. Paling ada sekitar 10 pics APD itu dan tersebar di beberapa rumah sakit di Tasik," ungkapnya.
Sementara itu Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman menjelaskan APD yang biasanya dipakai di ruang isolasi selama ini dipergunakan satu kali pakai dan persediaannya telah habis.
Penggunaan jas hujan dan sepatu bot dilakukan karena minimnya ketersedian APD.
Ia mengaku telah berupaya meminta bantuan Kementerian Kesehatan untuk pengadaan APD karena alat tersebut sangat dibutuhkan.
"Kita sudah meminta bantuan ke Kementerian untuk pengadaan APD," jelas Budi, Jumat (6/3/2020).
Selain itu RSUD Soekardjo juga kesulitan membeli alat pengukur suhu tubuh karena stok di pasaran habis.
"Untuk alat pendeteksi suhu badan juga sekarang ini sulit didapatkan karena banyak yang memborong. Kami selama ini masih berharap agar Kementerian Kesehatan bisa membantu," harap Budi.
Sementara untuk alat deteksi corona, pihaknya ingin membeli namun harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari World Health Organization (WHO).
"Saya tadinya semangat sudah beli saja alat pemeriksaan virus corona Covid-19 untuk di laboratorium RSUD, jadi kalau ada pasien nantinya di Kota Tasikmalaya tak harus dirujuk ke rumah sakit lain."
"Kalau sekitar Rp 1 sampai 2 miliar kita sanggup beli dari dana tanggap darurat cairkan. Tapi ternyata bukan alatnya yang sulit tapi izinnya harus di WHO," jelas Budi
• Kisah Heroik Yanto, Nelayan yang Selamat dari Terkaman Buaya saat Menjala Udang Sendirian
• Negatif Virus Corona, RSUD Margono Purwokerto Kembali Pulangkan Pasien Asal Cilacap
Pakaian Hazmat
Di luar negeri, umumnya tenaga medis menggunakan pakaian Hazmat untuk merawat pasien Corona.
Pakaian yang sangat tertutup dan tampak seperti baju astronot ini bukan tanpa alasan dikenakan.
Hazmat suit diklaim dapat melindungi tubuh dari potensi paparan virus apa pun, termasuk virus corona yang tengah merebak di Wuhan, China.
Hazmat suit adalah kependekan dari Hazardous material suit.
Hazmat suit biasa dikenakan seluruh petugas di seluruh dunia yang menangani wabah menular, termasuk Ebola, Sars, Mers, dan juga flu burung.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Irwan Nugraha).
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Di Luar Negeri Pakai Hazmat, di Tasikmalaya Jas Hujan Dipakai Tim Medis Jemput Pasien Suspect Corona,
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banyumas/foto/bank/originals/jas-hujan-plastik-dan-sepatu-bot-digunakan-tim-medis-corona-karena-persediaan-apd-khusus-habis.jpg)