Banyumas

"Kulitnya Melepuh dan Bernanah," Curhat Ibu di Karanglewas, Anaknya Seminggu Sakit Usai Santap MBG

Kisah tentang Setiani (35) dan anaknya yang masih duduk di kelas 1 SD. Baginya, program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukanlah lagi soal gizi

TRIBUN BANYUMAS/ PERMATA PUTRA SEJATI
SEKOLAH DI TENGAH KHAWATIR. Suasana di halaman SDN Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Banyumas. Salah satu orang tua siswa di sekolah ini mengaku anaknya menderita sakit kulit parah setelah mengonsumsi makanan dari program MBG dan berharap program tersebut dihentikan demi kesehatan anak-anak. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS – Gema kasus keracunan massal di Karanglewas memang sudah sedikit mereda.

Namun, di sebuah rumah sederhana di Pangebatan, sisa-sisa petaka itu masih terasa begitu nyata.

Setiani hanya bisa menatap nanar buah hatinya, yang selama seminggu penuh harus absen dari sekolah, terkapar lemah menahan sakit yang aneh.

Baca juga: Siswa di Banyumas Trauma Makan MBG Tapi Program Tetap Dilanjutkan

Semua bermula dari sepiring nasi program MBG.

Setelah menyantap makanan itu, tubuh mungil anaknya bereaksi dengan cara yang mengerikan.

"Kulitnya mengelupas, keluar bintik-bintik seperti biduran, bahkan ada yang bernanah," tutur Setiani kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (14/10/2025).

Suaranya bergetar, seolah memutar kembali kengerian itu.

"Setelah tiga hari pecah, bekasnya jadi hitam."

Bukan Alergi Biasa

Dokter memang menyebutnya alergi.

Sebuah diagnosis umum yang tak mampu menenangkan hati seorang ibu.

Firasatnya berkata lain.

Anaknya tak pernah punya riwayat alergi apa pun.

Gejala mengerikan itu muncul tepat setelah ia menyantap jatah makan siangnya dari sekolah.

"Kalau kata dokter, katanya alergi. Tapi saya yakin karena makan itu (MBG). Setelah makan itu langsung sakit," ujarnya, penuh keyakinan.

Baginya, tak ada lagi keraguan.

Makanan yang seharusnya menyehatkan itu telah berubah menjadi racun bagi buah hatinya.

Kini, setelah melewati minggu yang penuh kecemasan, Setiani tak lagi berharap banyak pada program tersebut.

Trauma itu terlalu dalam.

Baginya, kesehatan anaknya adalah harga mati yang tak bisa ditukar dengan sepiring makanan gratis.

"Kalau tidak ada MBG tidak apa-apa," katanya pasrah.

"Yang penting anak-anak sehat."

Sebuah kalimat sederhana dari seorang ibu, yang mungkin mewakili kegelisahan ribuan orang tua lainnya di Banyumas.

Sebuah pengingat, bahwa di balik program mulia, ada tanggung jawab besar yang tak boleh dianggap remeh temeh.

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved