TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS - Puluhan pedagang Pasar Kliwon Kudus menggelar sebuah pawai untuk menyemarakkan HUT ke-80 RI, Senin (18/8/2025).
Namun, di balik suasana pawai yang meriah, tersimpan sebuah "jeritan" keprihatinan.
Aksi ini sekaligus menjadi cara para pedagang untuk memprotes kondisi pasar yang semakin sepi dan anjloknya omzet hingga 70 persen akibat gempuran belanja online.
Baca juga: Kisah Usaha Trofi Legendaris di Gang Sempit Kudus, Berkah Agustusan Datangkan Ratusan Pesanan
Pemerintah Harus HadirĀ
Ketua penyelenggara pawai, Setio Budi, mengatakan, aksi ini bertujuan untuk mengangkat kembali nama Pasar Kliwon yang dulu menjadi primadona, sekaligus sebagai bentuk ekspresi keprihatinan.
"Keluhan utama pedagang adalah sepinya pembeli. Zaman sekarang, masyarakat lebih banyak belanja lewat marketplace atau sosial media. Kalau dibiarkan, daya beli di pasar tradisional semakin menurun," terangnya.
Ia menegaskan, pawai ini juga ditujukan untuk mengingatkan pemerintah agar memberi perhatian lebih bagi keberlangsungan pasar tradisional di Kabupaten Kudus.
"Harapan kami sederhana, jangan sampai Pasar Kliwon sebagai pasar terbesar di Kudus justru tenggelam. Pemerintah harus hadir melindungi dan mendukung pedagang kecil," serunya.
Salah seorang pedagang yang telah puluhan tahun berjualan di Pasar Kliwon, Sukini (55), mengaku mengalami penurunan omzet yang sangat drastis sejak maraknya perdagangan online.
Ia berharap, ada terobosan dari pemerintah agar euforia jual beli di Pasar Kliwon dapat kembali bergairah seperti di masa jayanya.
"Kami hanya ingin Pasar Kliwon ramai lagi seperti dulu," tegasnya.
Menanggapi keluhan ini, Kepala Dinas Perdagangan Kudus, Andi Imam Santosa, menyebutkan bahwa pihaknya tengah mengkaji wacana untuk memperpanjang waktu operasional Pasar Kliwon hingga malam hari untuk menarik minat masyarakat.
Namun, rencana ini masih dalam tahap sosialisasi.