Ini seperti yang terjadi pada 2006, saat gempa dan tsunami di Pangandaran.
Ia melihat bagaimana gelombang tinggi di perairan Cilacap pecah setelah menabrak Pulau Nusakambangan.
"Jadi, dulu, ketika tsunami Pangandaran itu, saya sedang di Pantai Teluk Penyu cari kerang, kondisi air laut surut sampai separo trekdam."
"Nah, tiba-tiba, gelombang air hitam sekali karena campur pasir, datang tapi nabrak batu di Nusakambangan dan akhirnya gelombang ke arah barat (Pangandaran) sama ke Adipala, di sini aman," jelas Manisah.
Dikatakan Manisah, bahwa keberadaan Pulau Nusakambangan sangat berarti bagi kawasan pesisir Cilacap.
Pasalnya, posisi Pulau Nusakambangan ini menjadi penghadang wilayah Cilacap, terutama wilayah perkotaan, ketika ada gelombang seperti tsunami.
Saat tsunami menimpa Pangandaran, Manisah menuturkan bahwa ia dan beberapa tetangga tidak mengungsi.
Padahal, saat itu, warga Cilacap kota sempat mengamankan diri di Bandara Tunggul Wulung dan juga di Masjid Darusalam.
"Orang-orang pada lari ke Tunggul Wulung, saya sama tetangga malah di sini nontonin, jadi memang tidak mengungsi sama sekali. Karena, nelayan sini sudah punya feeling, semisal mau ada tsunami, misal dilihat dari ombaknya, ketahuan," terangnya. (*)
Baca juga: Bawaslu Tegal Buka Lowongan 54 Panwascam untuk Pemilu 2024, Ini Syarat dan Tanggal Pendaftarannya
Baca juga: Istri Kadus di Blora Diduga Potong BLT BBM Warga, Setiap Orang Setor Rp20 Ribu
Baca juga: Demo di Balai Kota, Pengemudi Ojol Tegal, Slawi, Brebes Minta Pemerintah Penuhi 5 Tuntutan Ini
Baca juga: Kendalikan Inflasi di Jateng, Gubernur Ganjar Serahkan Bantuan untuk Industri Kecil Menengah