Setelah itu jasad dibawa ke RSUD dr Soeselo Slawi untuk dilakukan proses autopsi.
Raut kesedihan Wage masih sangat jelas terlihat.
Bahkan, tatapan matanya pun jelas terlihat menyimpan kesedihan mendalam.
Setelah proses pemakaman korban selesai, Wage baru bersedia untuk bercerita mengenai kronologi pada saat ia menemukan sang istri sudah tidak bernyawa.
Ditanya pada saat kejadian bagaimana kondisi di sekitar sawah penemuan mayat sang istri, Wage mengaku sangat sepi dan tidak menemukan siapa-siapa.
Baca juga: Kecelakaan Bayeman Karangreja Purbalingga: Mengapa Bus Pariwisata Rawan Laka? Ini Kata Dishub Jateng
Baca juga: Kecelakaan Bus Pariwisata di Jalan Raya Bayeman Pubalingga, Dishub Jateng: Minim Penerangan Jalan
Wage pun mengaku bahwa sang istri tidak pernah bercerita sedang memiliki masalah dengan seseorang ataupun masalah lainnya.
Korban tidak pernah bercerita apa-apa, biasa saja, dan sebelum berangkat ke sawah pun dalam kondisi sehat.
Wage mengatakan sang istri pergi ke sawah untuk menyiangi rumput di sawah padi.
Keseharian Wage maupun korban sebagai petani di sawah.
"Saya dan istri biasanya berangkat ke sawah bersama, tapi terkadang juga sendiri-sendiri.
Ya saya pikir karena sudah biasa, jadi tidak ada firasat atau pikiran kejadian seperti ini," katanya.
Baca juga: Karyawisata MI Miftahul Maarif Berujung Duka, Kepala Kemenag Kudus: Kegiatan Tak Ada Izin
Baca juga: Menjajakan Diri di Pinggir Jalan di Kota Semarang, 21 PSK Dikukut Satpol PP
Terpisah, petugas pemulasaran jenazah RSUD dr Soeselo Slawi, Manis mengungkapkan bahwa di tubuh korban terdapat beberapa luka dan juga termutilasi.
Luka pertama ada di bagian leher yang seperti digorok menggunakan benda tajam.
Kemudian ada luka seperti dipukul dengan benda tempul di bagian kepala.
Bagian yang dimutilasi (dipotong) yaitu kedua payudara, alat vital (kemaluan) korban juga terpotong.