TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Nama besar Panglima Jenderal Soedirman selalu dikenang sepanjang masa.
Jasanya terhadap kemerdekaan bangsa ini tak terbantahkan.
Namanya bahkan diabadikan menjadi nama jalan atau tempat di kota-kota besar di Indonesia.
Bukan hanya kontribusinya untuk bangsa ini yang selalu jadi bahan pembahasan, namun juga kisah heroiknya yang mengagumkan.
Baca juga: Pasca Penggerebekan Rumah yang Disulap Jadi Tempat Prostitusi di Banjarnegara: Mereka Wajib Lapor
Baca juga: PSK Buka Praktik di Rumah Warga di Bandungan Banjarnegara, Terbongkar saat Digerebek Satpol PP
Baca juga: Tetap Beramal meski Bisnis Lesu, Pedagang Nasi Goreng di Prendengan Banjarnegara Santuni Anak Yatim
Baca juga: Bupati Banjarnegara Datangkan Tongkang dan Traktor, Bersihkan Eceng Gondok di Telaga Merdada
Bagaimana tidak, dalam kondisi sakit parah, Jenderal Soedirman dengan gagah berani memimpin perang gerilya melawan penjajah, meski harus ditandu.
Nyatanya, meski kondisi fisiknya memprihatinkan, sang jenderal selalu lolos dari sergapan serdadu Belanda.
Hingga banyak yang membincang soal isu kesaktian Jenderal Soedirman karena selalu selamat dari kejaran Belanda.
Lepas dari kesaktian Jenderal Soedirman, pria kelahiran Kabupaten Purbalingga itu memang bukan tentara biasa.
Karirnya bermula dari pengajar atau guru muda Muhammadiyah.
Hingga ia terpanggil untuk membela tanah air dengan mempertaruhkan jiwa raga sebagai tentara.
Soedirman bukan hanya ditempa dengan pendidikan militer yang membuatnya kuat.
Di balik kesuksesannya memimpin medan perang, Soedirman ternyata adalah pendekar silat sejati.
Panglima bukan hanya piawai mengayunkan senjata.
Ia juga jago bela diri.
Layaknya pendekar pada umumnya, Soedirman pun punya guru yang memengaruhi perjalanan hidupnya.
Dia adalah Kyai Haji (KH) Busyro Syuhada, jawara silat dari Kabupaten Banjarnegara.
Keahliannya dalam bidang bela diri membuat namanya kondang di zaman penjajahan.
Banyak orang jauh-jauh datang ke padepokannya di Banjarnegara untuk berguru silat dan ilmu rohani.
Soedirman satu di antaranya.
Di era kolonial, keselamatan jadi barang mahal.
Bahaya senantiasa mengancam.
Musuh selalu mengintai.
Terlebih bagi seorang prajurit.
Sementara dari sisi persenjataan, mereka jauh kalah dari tentara asing.
Wajar jika zaman dahulu, masyarakat pribumi banyak yang melengkapi diri dengan ilmu bela diri atau kanuragan.
"Jenderal Soedirman pernah berguru ke Mbah Busyro."
"Dia menetap di padepokan," kata Fatoni, kerabat keluarga Busyro Syuhada di Desa Binorong, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (8/5/2021).
Soedirman tentu tak salah memilih guru.
Busyro Syuhada adalah pendekar yang kesohor di zamannya.
Banyak petarungan yang ia menangkan.
Termasuk penantang dari Belanda.
Fatoni mengatakan, mbah Busyro saat itu termasuk salah satu pendekar terhebat di negeri ini.
Di antara pendekar yang ia kalahkan adalah jawara perempuan asal Jawa Barat atau tanah Sunda.
Perempuan itu akhirnya rela dinikahi Busyro sebagai konsekuensi atas kekalahannya.
Karena keluasan ilmu bela dirinya, wajar Soedirman begitu tertarik berguru kepadanya.
"Mbah Busyro dan pamannya, yaitu mbah saya pernah berkelana sebelum kembali ke Banjarnegara," katanya.
Meski tidak sepopuler muridnya, Jenderal Soedirman, nama KH Busyro Syuhada cukup familiar dan selalu dikenang, terutama di dunia persilatan serta organisasi Muhammadiyah.
Padepokan mbah Busyro yang melegenda pun sudah tidak terlihat jejaknya.
Lahan bekas padepokan telah dibangun Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara di Kecamatan Bawang.
Jurus-jurusnya masih dilestarikan murid-muridnya hingga sekarang.
Jurus yang ia ajarkan melahirkan aliran tersendiri yang kini dikenal dengan Jurus Banjaran.
Dalam perkembangannya, pewaris ilmu bela dirinya mendirikan Perguruan Pencak Silat Tapak Suci yang telah melahirkan banyak pendekar di bumi pertiwi.
Darah pendekar ternyata masih mengalir di tubuh keturunannya, antara lain Lutfan Budi Santoso.
Ia adalah keturunan langsung atau buyut Mbah Busyro yang telah menorehkan banyak prestasi di dunia persilatan.
Lutfan adalah juara dunia pencak silat yang kini mengabdi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Banjarnegara.
"Buyutnya langsung kini juara silat dunia," katanya. (Khoirul Muzakki)
Baca juga: Pengakuan Mantan TKI Jadi Pecandu Narkoba, Senang Dapat Teman di Kebumen, Bisa Lebih Berhemat
Baca juga: Ganjar Sebut Penanganan 13 ABK Positif Covid-19 di Cilacap Terus Dilakukan, Termasuk Tes Genome
Baca juga: Aksi Ganjar di Jembatan Timbang Ajibarang Banyumas, Memanjat Bak Truk, Cek Muat Barang atau Orang
Baca juga: Karena Laporan Istri, Wagiman Jalani Karantina Lima Hari di GOR Satria Purwokerto, Begini Ceritanya