Pengelolaan Sampah Banyumas

Kisah Srikandi Sampah Sumpiuh, Kejar PNS Buang Sampah Sembarangan, Hidup dari Limbah Warga

Suyati (54) adalah satu dari tujuh 'Srikandi Sampah Sumpiuh'. Baginya, sampah itu kotor tapi membawa berkah.

TRIBUN BANYUMAS/ PERMATA PUTRA SEJATI
SRIKANDI SAMPAH SUMPIUH, Sejumlah perempuan pemilah sampah atau 'Srikandi Sampah' bekerja di mesin konveyor TPST Sumpiuh, Banyumas, Sabtu (23/8/2025). Mereka adalah garda terdepan dalam pengelolaan sampah dari 3 kecamatan yang masuk ke TPST Sumpiuh setiap harinya. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Pagi buta, Suyati (54) pernah menggeber motornya bukan untuk ke pasar, tapi mengejar seorang pria berseragam dinas.

Pria itu setiap hari kepergok membuang satu karung sampah sembarangan di area pasar Sumpiuh, Banyumas.

"Saya kejar-kejar naik motor jam lima pagi. Saya marahi, masa PNS buang sampah sembarangan," kata Suyati dengan nada geram.

Baca juga: Cantik, Kostum Hasil Daur Ulang Sampah Warga Pakintelan Semarang Meriahkan Malam Tirakatan HUT RI

Suyati adalah pemilah sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sumpiuh.

Ia salah satu dari tujuh perempuan tangguh yang dijuluki 'Srikandi Sampah Sumpiuh'.

Perang Lawan Tumpukan Sampah 

Setiap hari mulai pukul 07.00 WIB, para Srikandi ini berdiri menghadapi tumpukan sampah dari 3 kecamatan: Sumpiuh, Tambak, dan Kemranjen.

Dengan sarung tangan dan sepatu bot, tangan-tangan terampil mereka memilah aneka limbah rumah tangga di atas mesin conveyor yang terus berderu.

"Awal-awal kerja dulu sempat sesak. Sekarang, sudah biasa cium bau seperti ini," ujar Suyati.

Berkah di Tumpukan Sampah 

Meski bergulat dengan kotoran, Suyati menyebut pekerjaan ini membawa berkah dan menghidupi keluarganya.

Terkadang, ada kejutan menyenangkan di antara tumpukan sampah.

"Saya kerap kali menemukan uang Rp50 ribu, bahkan Rp100 ribu. Ada juga yang menemukan anting emas setengah gram," ujarnya sambil tertawa.

Peran Vital 'Pasukan Tempur' 

Ketua TPST Sumpiuh, Aris Widarto (54), mengatakan operasional mereka sangat bergantung pada armada pengangkut.

Saat ini, dump truck bantuan pemda sudah tak layak pakai.

Andalan mereka adalah satu mobil carry dan tiga motor roda tiga.

"Armada motor roda tiga warna hitam inilah yang hilir mudik menjemput sampah," kata Suyati.

Armada tersebut merupakan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) dari Pertamina Patra Niaga.

Bantuan ini diakui sangat vital bagi kelancaran operasional TPST.

Berkat operasional yang lancar, upah 33 pekerja pun akan dinaikkan.

"Pekerja perempuan yang sebelumnya digaji Rp1,1 juta insyaallah naik jadi Rp1,3 juta," kata Aris.

Menuju Ekonomi Sirkular 

TPST Sumpiuh kini tak hanya memilah sampah. Mereka merintis berbagai unit usaha untuk mewujudkan mimpi zero waste melalui ekonomi sirkular.

Usaha itu mulai dari budidaya maggot larva lalat tentara hitam, kolam lele, hingga rencana beternak ayam.

"Kami ingin punya sumber penghasilan lain. Maggot bisa jadi pakan ternak," tambah Aris.

Area Manager CSR Pertamina Patra Niaga, Taufiq Kurniawan, berharap TPST Sumpiuh bisa menjadi role model pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang mandiri. (jti)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved