Berita Purbalingga
TPA Kalipancur Diprediksi Penuh 2026, Purbalingga Butuh Rp 25 M Atasi Darurat Sampah
Purbalingga berpacu dengan waktu atasi bom waktu sampah. Rencana strategis pembangunan 5 TPST terganjal dana.
Penulis: Farah Anis Rahmawati | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA - Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kalipancur, Purbalingga, bukan lagi sekadar tumpukan sisa konsumsi, melainkan sebuah bom waktu yang terus berdetak.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat memprediksi daya tampung TPA akan habis total pada akhir tahun 2026.
Di tengah ancaman krisis lingkungan ini, sebuah rencana besar untuk membangun lima Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) telah disiapkan.
Baca juga: Sampah Ancam Purbalingga: TPA Kalipancur Penuh Tahun Depan, Pembangunan 5 TPST Terkendala Anggaran
Namun, ide cemerlang itu kini terbentur tembok tebal bernama keterbatasan anggaran, membuat Purbalingga berada dalam perlombaan sengit melawan waktu.
Rencana strategis ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Pengelolaan Sampah LB3 dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan DLH Purbalingga, Nurdin.
Ia menjelaskan, untuk mengatasi masalah dari hulu, Pemkab berencana membangun lima area TPST yang tersebar di Purbalingga, Bobotsari, Bukateja, Rembang, dan Karangreja.
Penentuan lokasi ini didasarkan pada Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW) untuk mendorong pusat-pusat kegiatan lokal.
"Jadi Purbalingga itu kan pusat kegiatan lokal yang mau dikembangkan menjadi wilayah perkotaan, Bobotsari saat ini pusat kegiatan lokal. Sedangkan Bukateja, Rembang dan Karangreja akan didorong menjadi pusat kegiatan lokal, jadi nanti ada lima area," jelas Nurdin saat ditemui, Jumat (8/8/2025).
Visi di balik pembangunan TPST ini adalah untuk mendekatkan pengelolaan sampah ke sumbernya.
Hal ini diyakini dapat menekan biaya transportasi yang selama ini cukup membebani.
Sebagai contoh, pengangkutan sampah dari pusat kota Purbalingga saja bisa mencapai 25 kilogram setiap harinya dengan biaya yang tidak sedikit.
"Apabila dibuat per area, karena sifatnya tidak terlalu besar, itu harapannya juga bisa menghemat transportasi," katanya.
Lebih dari itu, TPST dirancang untuk melakukan pengelolaan sampah secara komprehensif, mulai dari pengangkutan, pemilahan, hingga pemanfaatan sampah yang memiliki nilai jual.
Untuk residu atau sisa sampah yang tidak bisa diolah, DLH berharap dapat menanganinya dengan teknologi pemusnahan yang sekaligus bisa menghasilkan energi.
"Harapan kami residunya juga bisa ditangani nanti, kemudian dimusnahkan, dan di ambil energinya dengan beberapa teknologi, seperti RDF (Refuse-Derived Fuel), maggot ataupun pirolisis," papar Nurdin.
Cita-cita Presiden Prabowo Swasembada Pangan Sulit Terwujud di Purbalingga, Ini Masalah Utamanya |
![]() |
---|
Sumber Air Limpak Dau Jadi Sengketa Petani Dan PDAM Purbalingga, Dispertan Beri Jalan Tengah |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca di Purbalingga Hari Ini Rabu 17 September 2025 |
![]() |
---|
Para Fraksi di DPRD Purbalingga Setujui Empat Raperda Prakarsa, Berikut Isinya |
![]() |
---|
Seakan tak Berfungsi, Keberadaan Fire Hydrant di Purbalingga Hanya Jadi Monumen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.