Korupsi Pemkot Semarang

Mbak Ita Menangis Berkali-kali saat Bacakan Pledoi

Mantan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita, menangis saat membacakan nota pembelaan.

Penulis: Achiar M Permana | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/IWAN ARIFIANTO
SIDANG TUNTUTAN - Mantan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryati Rahayu atau Mbak Ita menyapa setelah menjalani sidang tuntutan kasus dugaan korupsi di Pengadilan Tipikor Semarang, Rabu (30/7/2025). Saat membacakan pledoi dalam sidang Rabu (6/8/2025), Mbak Ita menangis berkali-kali dan mengaku tak lagi serumah dengan suami. 

SEMARANG, TRIBUN – Mantan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita, menangis berulang kali saat membacakan nota pembelaan dalam sidang pledoi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Semarang, Rabu (6/8/2025).

Ita juga menyebut sejumlah petinggi dari PDIP, yang menjadi kendaraan politiknya yang mengantarkannya menjadi Wali Kota Semarang.

Sidang pledoi itu menghadirkan dua terdakwa kasus korupsi dan suap di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.

Kedua terdakwa itu, yakni Ita dan suaminya, Alwin Basri. 

Baca juga: Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Dituntut 6 Tahun Penjara. Suami Lebih Berat, 8 Tahun Penjara

Dalam sidang yang dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim Gatot Sarwadi itu, Ita mendapatkan giliran pertama untuk membacakan berkas pledoinya.

Sebelum membaca nota pembelaan, Ita sempat  berteriak merdeka.

"Merdeka!" teriak Ita, sembari mengepalkan tangan kanannya ke udara di Ruang Sidang Cakra Pengadilan Negeri (PN) Semarang.

Selepas itu, Ita membacakan berkas pledoinya yang terdiri dari puluhan halaman.

Dalam pledoinya, dia juga mengutip sejumlah Surah Al-Qur'an, di antaranya Surah Al Ahzab ayat 69 dan Al-A'raf ayat 16.

"Jadi itu (ayat-ayat Al-Qur’an—Red) yang menjadi pertimbangan saya sehingga saya bisa tetap berdiri tegak di setiap persidangan ini," kata Ita.

Dalam pledoinya, Ita menyebut pula sejumlah petinggi PDIP. Beberapa tokoh yang disebut adalah Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri; Ketua DPP PDIP, Puan Maharani; dan mantan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto.

Dengan suara bergetar, Ita menyampaikan terima kasih kepada para petinggi PDIP yang selama ini mendukung perjalanan politiknya.

Ita juga menyinggung peran Megawati dalam membentuk semangat kemandiriannya sebagai perempuan yang terjun ke dunia politik. 

"Hingga jadi wali kota, ini adalah support dari Bu Megawati bahwa perempuan harus mandiri. Saya di dunia politik sejak 2015 dapat rekomendasi dari partai dan ketua umum," ucapnya.

Latar belakang keluarga 

Selepas itu, Ita lantas membacakan berkas awal halaman pledoi yang menyinggung soal latar belakang keluarga.

Dalam poin ini, Ita menegaskan telah dididik sejak kecil secara mandiri.

Sebagai anak pertama dari lima bersaudara, Ita menyebut, telah mandiri sejak kecil. 

"Saya berasal dari keluarga yang sederhana. Saya anak pertama yang dididik sebagai orang yang mandiri," kata Mbak Ita di hadapan majelis hakim. 

Baca juga: Mbak Ita Mengaku Tidak Tahu Suaminya Alwin Basri Simpan Uang dan Barang Mewah di Rumah Bukit Duta

Oleh karena itu, meskipun sudah berkeluarga tidak pernah meminta nafkah materi kepada suaminya, Alwin Basri, yang juga menjadi terdakwa dalam kasus yang sama.

"Saya membeli barang dengan uang hasil saya kerja," lanjutnya. 

Lebih lanjut Ita mengatakan, pengelolaan keuangannya dan Alwin Basri terpisah.

”Saya tidak pernah tahu rekening suami saya, PIN hp,” kata Ita.

“Bahkan uang yang dipegang atau disimpan suami (saya juga tidak tahu—Red) karena ruang kerja selalu terkunci dan terkunci dibawa oleh suami. Karena, latar belakang kehidupan saya dan suami berbeda," lanjutnya.

Dalam nota pembelaannya, Ita juga mengulik soal keberhasilannya menjadi wali kota dengan berbagai capaian.

Dia antara  lain menyebut soal kemiskinan ekstrem yang mencapai nol persen, penurunan stunting yang drastis, urban framing, ketahanan pangan, serta penanganan banjir dan rob hingga infrastruktur.

"Ada 60 penghargaan yang saya terima dari tahun 2023-2024 baik nasional dan internasional,” kata Ita.

“Bukan saya mau menepuk dada, tapi saya ingin menunjukkan pengabdian kepada negara," sambungnya. (iwn)

Artikel  ini tayang di Tribun Jateng cetak edisi Kamis, 7 Agustus 2025.

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved