Tradisi
Sucipto Sebut Tradisi Pengantin Padi di Wonosobo untuk Jemput Berkah Dewi Sri
Sebagian petani di Wonosobo masih menjalankan tradisi manten pari atau pengantin padi. Tradisi itu biasanya berlangsung menjelang masa panen.
Penulis: Achiar M Permana | Editor: rika irawati
“Ada godong tawa atau dadap serep, ada ngilo (timbangan), ada jungkat (sisir), ada kembang dewuran, wedang kopi, ada wedang teh, ada wedang bening,” sebutnya.
Filosofi Mendalam
Sucipto mengatakan, tiap sesaji menyimpan filosofi mendalam.
Ngilo melambangkan niat petani untuk menjual hasil panen karena biasanya padi akan ditimbang atau dijual secara kiloan.
“Godong tawa melambangkan proses ketika padi sudah dipanen dan akan ditawarkan kepada bakul-bakul atau tengkulak,” kata Sucipto.
Ada pula jungkat atau sisir, yang melambangkan kebijaksanaan petani untuk menyisihkan sebagian hasil panennya untuk kebutuhan makan sendiri, sebelum dijual.
Adapun kembang dewuran dimaknai sebagai harapan agar hasil panen dijual dengan harga yang unggul dan menguntungkan.
Pada sisi spiritual, sesaji juga disempurnakan dengan minuman yang mengandung filosofi mendalam.
Baca juga: Hiburan Langka Atraksi Terjun Payung AirNav di Puncak Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo
Wedang teh menggambarkan karakter petani yang telaten dan hati-hati, wedang bening melambangkan kesucian hati, sedangkan wedang kopi dipercaya sebagai simbol bahwa petani harus berpikir yang bagus seperti mengambil keputusan terkait hasil panennya.
Sebagai pelengkap sesajen, ada pula rokok Sriwedari yang dianggap selaras dengan identitas padi sebagai titisan Dewi Sri.
Sucipto mengatakan, tradisi ini sebagai bentuk syukur menjelang masa panen padi.
Tradisi ini dikenal sebagai ritual memetik Dewi Sri, yakni padi yang dianggap sebagai perwujudan sang dewi yang akan dibawa pulang dari sawah ke rumah.
“Itu tradisi kuno ya, tradisi yang istilahnya memetik Dewi Sri. Dewi Sri itu mau dipetik, itu mau diselamatkan, dibawa ke rumah,” kata Sucipto.
“Istilahnya ada pari lanang, pari wadon. Kalau pari lanang itu satu pikul, pari wadon itu satu gendongan,” lanjutnya.
Sucipto berharap tradisi ini akan terus dilestarikan.
Dia menyebut, seiring waktu tak semua masyarakat masih menjalankan tradisi ini.
Mayat Pria Ditemukan Dalam Tandon Air PDAM Siranda, Polisi Selidiki Rekaman CCTV Pria Lompat Pagar |
![]() |
---|
BNI Umumkan Pemenang Rejeki wondr Tahap Pertama, Undian Lanjut 2026 |
![]() |
---|
Refleksi HUT RI ke 80, Mahasiswa Unsoed Suarakan Keadilan bagi Korban Kekerasan Seksual |
![]() |
---|
Misteri Penemuan Mayat di Tandon Air Siranda Semarang, Diduga Pemuda yang Hilang Usai Ada Keributan |
![]() |
---|
Besok Pagi Ada Beras Murah Rp11.500 per Kilo di CFD GOR Satria Purwokerto, Ini Syaratnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.