Berita Pemalang

Akankah Warga Pemalang Kini Trauma Ikut Pengajian? Pemda Siapkan Langkah Pemulihan

Bentrok antar-ormas meninggalkan luka. Pemkab khawatir warga jadi takut. Ini rencana mereka.

DOKUMENTASI WARGA
DETIK-DETIK BENTROKAN - Tangkapan layar video amatir menunjukkan suasana bentrokan antardua ormas di lokasi pengajian Habib Rizieq di Pemalang, Rabu (23/7/2025) malam, yang dipicu oleh aksi penolakan. Kericuhan ini terjadi dengan cara massa penolak mencoba membubarkan acara secara paksa, yang kemudian berujung pada aksi saling serang dan kejar-kejaran di area pengajian. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PEMALANG - Bentrokan antar-ormas yang pecah usai pengajian Habib Rizieq Shihab di Pemalang kini telah usai.

Namun, insiden kekerasan ini meninggalkan luka yang lebih dalam dari sekadar luka fisik.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pemalang kini mengkhawatirkan dampak psikologis yang dialami warganya.

Baca juga: Kesbangpol Ungkap Kesepakatan FPI dan PWI LS Sebelum Terjadi Bentrok, Tak Bawa Senjata Tajam

Muncul sebuah pertanyaan besar di tengah masyarakat.

Akankah warga Pemalang kini menjadi trauma untuk ikut pengajian?

Menyadari kekhawatiran ini, Pemkab Pemalang tidak tinggal diam.

Mereka kini tengah menyiapkan sejumlah langkah pemulihan untuk mengembalikan rasa aman di tengah masyarakat.

Plt Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Pemalang, Muslichah Setiasih, angkat bicara pada Kamis (24/7/2025).

Wanita yang akrab disapa Iwuk ini membenarkan adanya kekhawatiran tersebut.

Menurutnya, prioritas Pemda saat ini adalah memulihkan kondisi sosial dan mental warga.

Langkah pemulihan utama yang akan segera diambil adalah mempertemukan para tokoh.

“Kami dari Pemerintah Daerah akan mempertemukan tokoh-tokohnya agar bisa pengajian lagi dan masyarakat tidak trauma ikut pengajian,” ujarnya.

Pertemuan ini bertujuan untuk mencari jalan damai antara dua ormas yang terlibat bentrok.

Dengan adanya perdamaian di tingkat elite, diharapkan suasana di tingkat akar rumput juga akan kembali sejuk.

Sehingga, warga Pemalang tidak perlu lagi merasa takut atau was-was saat akan menghadiri kegiatan keagamaan.

Kekhawatiran akan munculnya trauma ini sangat beralasan.

Data terbaru dari Pemda menunjukkan bahwa skala bentrokan ternyata lebih besar dari yang dilaporkan sebelumnya.

Total korban luka-luka akibat insiden tersebut ternyata mencapai 11 orang.

Jumlah ini jauh lebih banyak dari laporan awal yang menyebut ada lima korban.

Yang lebih mengkhawatirkan, korban luka bukan hanya dari pihak ormas.

Sejumlah aparat kepolisian yang bertugas mengamankan lokasi juga ikut menjadi korban luka.

"Kondisinya luka ringan sampai sedang," imbuh Iwuk.

Fakta ini menunjukkan betapa brutalnya bentrokan yang terjadi.

Iwuk juga mengungkap bahwa pihak Pemda sebenarnya sudah berusaha mencegah insiden ini.

Mediasi antara kedua kubu telah dilakukan sejak sepekan sebelum acara.

Bahkan sudah ada kesepakatan agar pengajian digelar tanpa provokasi dan pengerahan massa.

Namun, upaya Pemda yang melibatkan Bupati hingga Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) itu gagal total.

"Kemarin tidak bisa hindari karena kedua tidak bisa dibilangin," ujarnya pasrah.

Kronologi penyerangan pun menambah alasan mengapa warga bisa trauma.

Penyerangan terjadi secara terencana setelah acara usai dan Habib Rizieq pulang.

"Setelah ulama pulang langsung menyerang panggung," tuturnya.

Para penyerang bahkan menyusup melalui jalan-jalan kecil untuk menghindari blokade aparat.

Kini, bola panas ada di tangan Pemda Pemalang.

Mereka harus bekerja keras melalui langkah pemulihan yang disiapkan.

Tujuannya hanya satu, yaitu memastikan warga Pemalang tidak lagi trauma untuk datang ke pengajian.

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved