IMM Harus Hadir di Ruang Strategis Bangsa, Politik Bernurani dan Peta Kebangsaan Berbasis Nilai
Sarasehan menghadirkan tiga pembicara utama dari lintas generasi alumni IMM yang kini berkiprah di panggung nasional
Politik Tak Harus Lewat Parpol, Tapi Harus Berdampak
Menutup sesi sarasehan, Dr. Andi Nurpati, M.Pd., menegaskan bahwa keterlibatan dalam politik tidak harus selalu melalui partai politik. Bahkan di ruang-ruang akademik dan lembaga independen pun, kader IMM bisa berkontribusi strategis.
“Saya masuk KPU tanpa rekom Muhammadiyah, tapi saya tetap membawa semangat IMM. Bahkan saya tempatkan kader Muhammadiyah di posisi strategis di KPU,” kata Andi.
Andi mendorong agar FOKAL IMM lebih terorganisir dalam memetakan kader untuk masuk ke ruang-ruang kebijakan publik, mulai dari Tenaga Ahli (TA), Komisaris, Staf Khusus, hingga pejabat birokrasi strategis.
Baca juga: Rakornas Fokal IMM 2025: Tekankan Diaspora Kader dan Komitmen Kebangsaan Menuju Indonesia Terang
“Kita punya 80 dapil, tapi representasi kader IMM masih minim. Kita harus siapkan kader tidak hanya untuk legislatif, tapi juga birokrasi, pendidikan, dan dunia usaha,” ungkapnya.
Ia juga mengusulkan agar FOKAL IMM berperan aktif dalam mendukung kader dalam proses pemilihan rektor di berbagai kampus Muhammadiyah dan memperluas pengaruh dengan cerdas dan proporsional.
“Jangan hanya konsentrasi di satu titik. IMM punya kader yang kini Brigjen di Mabes Polri—ini modal kekuatan yang harus kita rajut, bukan dilepas begitu saja,” pesannya.
Rakornas FOKAL IMM: Kembali ke Akar, Melangkah ke Ruang Strategis Bangsa
Sesi sarasehan ini memperlihatkan bahwa FOKAL IMM bukan sekadar forum alumni, tetapi ruang perumusan masa depan gerakan.
IMM dipandang bukan lagi hanya sebagai organisasi mahasiswa, tetapi wadah pembentuk pemimpin bangsa yang siap bergerak lintas bidang—politik, pendidikan, ekonomi, hingga kebudayaan.
Rakornas ini menjadi titik balik penting untuk memperkuat kaderisasi berbasis nilai, penguatan jaringan, dan kepemimpinan berdampak.
IMM tak boleh lagi hanya menjadi penonton sejarah. Ia harus hadir sebagai aktor utama dalam pembangunan bangsa yang berkeadilan, inklusif, dan tercerahkan. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.